05

1.8K 202 17
                                    




.


.


.



Setelah jam makan siang usai, para pelayan diberikan waktu istirahat hingga menjelang sore hari. Hal itu pun dimanfaatkan oleh Renjun untuk berkunjung ke kamar Chenle yang terletak paling ujung dari jajaran kamar pelayan lainnya sambil tangannya menenteng kotak obat di tangan kanannya yang ia dapatkan dari Jeno.

Jeno sempat melayangkan beberapa pertanyaan kepada Renjun perihal kenapa pelayan satu ini membutuhkan kotak obat. Renjun pun menjawab sejujur-jujurnya maksud ia meminta kotak obat itu untuk mengobati luka lebam di punggung Chenle. Jeno hanya mengizinkan tanpa bertanya lebih lanjut karena beberapa pekerjaan menantinya untuk diselesaikan segera hari ini.

Dan disinilah Renjun sekarang, berada di atas kasur Chenle dengan pemilik kamar yang sedang berbaring telungkup sambil membenamkan wajahnya menahan ringisan yang keluar dari belah bibirnya.

"Hiks.. sakit kak.."

"Tahan ya, ini hanya sebentar kok."

Merasa Chenle kembali merintih kesakitan, Renjun memelankan pergerakan tangannya mengusap setiap luka lebam itu dengan hati-hati menggunakan kapas yang sudah dibaluri salep herbal.

Chenle sekuat tenaga menahan erangan tertahan akibat rasa perih dan panas yang menjarah kulit punggungnya. Persendiannya bergemeletuk dan nyeri tak tertahankan merambat ke seluruh tubuhnya.

Renjun sesegera mungkin menyelesaikan kegiatannya dan beralih mengeringkan punggung Chenle menggunakan kipas rotan agar salepnya cepat kering. Tangan Renjun menyibak rambut lepek Chenle yang menutupi dahinya. Ia menatap miris melihat wajah berantakan Chenle. Peluh dan air mata menyatu di permukaan wajah polos itu.

"Sebenarnya aku ingin kau menceritakan tentang yang kau jalani sebelum bekerja disini, tapi melihatmu lemas seperti ini sepertinya lain kali saja. Istirahatlah."

Chenle berusaha membuka matanya dengan pandangan buram. Ia memaksakan senyumnya untuk pria mungil itu.

"Terimakasih kak.." Hanya itu yang bisa ia katakan sebelum matanya menutup kembali karena kelelahan. Renjun menarik selimut sebatas pinggang Chenle, membereskan kotak obat dan melangkah keluar dari kamar Chenle memberikan anak itu waktu untuk beristirahat.



***



Selendang oranye membentang di ufuk barat tanda sang Surya bersiap kembali ke peristirahatannya. Mata Chenle mengerjap pelan membiasakan cahaya masuk lewat celah jendela kamar yang terbuka. Ia meringis pelan saat dirasa pegal kembali mendera sekujur tubuhnya. Punggungnya terasa kebas akibat efek salep yang diberikan Renjun siang tadi, namun perih dan panas sudah tak ia rasakan lagi.

Chenle teringat jika ia harus kembali bekerja. Berapa lama ia tertidur?

Anak itu dengan penuh perjuangan bangkit dari kasur yang ia tempati, meraih seragam pelayan yang tersampir di ujung kasur dan mengenakannya kembali. Masih terasa sakit saat luka lebamnya bergesekan langsung dengan permukaan kain, namun ia masih bisa menahannya kali ini.

Chenle dengan terburu keluar kamar dan menyusuri lorong menuju halaman belakang, mencari keberadaan Renjun dan pelayan lain yang entah kenapa atensi mereka tidak ia dapatkan di dalam mansion.

"Kak Renjun?" panggil Chenle di ambang pintu kaca yang terbuka selebar badan Chenle. Halaman belakang juga sepi? Kemana semua orang?

Chenle panik dan langsung membalikkan tubuhnya ke belakang tanpa berpikir.

Moiee [SungLe]✓Where stories live. Discover now