13

1.5K 162 6
                                    




.


.


.



"Sudah selesai?"

Jeno menoleh pada sang tuan yang tengah berdiri di samping pintu sembari melepas jubahnya dan menyampirkan di lengan kiri.

"Semuanya sudah dipersiapkan. Kau hanya tinggal menunggu bulan berubah warna menjadi merah darah tepatnya pada tengah malam nanti."

Jisung menggangguk puas dengan kinerja sang kepala pelayan merangkap kaki tangannya itu.

Satu pasak tiang berdiri kokoh di tengah-tengah ruangan dengan lingkaran sihir yang tercetak di atas tanah, disinari oleh cahaya rembulan yang terjun langsung pada atap yang tak berpenghalang apapun sehingga sang rembulan terlihat jelas sedang menggantung seperempat di luasnya hamparan langit malam.

Angin malam menerpa surai perak itu kala sang pemilik menepi pada pagar pembatas menara utara tempat ritual itu akan berlangsung, guna memindai situasi mansion di bawah sana.

Bibirnya mengeluarkan kekehan ringan kala menangkap siluet tak asing yang barusan melintasi halaman belakang mansion.

"Ahh, Lee. Sepertinya kau akan sedikit kerepotan malam ini."

Jeno diam saja kala mendengar tawa berat sang tuan mengalun mengerikan di kesunyian malam. Ia paham akan penyebab tawa tersebut.

"Sampai kapan?" tanya Jeno yang sudah berdiri di belakang Jisung yang masih betah menumpukan satu tangannya ke atas pagar.

"Sebelum gerhana mencapai kesempurnaannya. Terlambat sedikit kepalamu akan terlepas dari lehermu."

Jeno bergidik sejenak dan mengangguk mengerti. Setiap ancaman yang dikeluarkan oleh sang tuan tidak main-main. Dan setiap perintah yang ia keluarkan itu mutlak dan tak terbantahkan.

"Baiklah. Saya pamit ke bawah dulu." Jeno berbalik meninggalkan ruangan itu, menyisakan Jisung yang tengah menutupi sebelah matanya dengan tangan kanannya.

"Kalian pikir bisa kabur semudah itu? Kalian melupakan jika sudah masuk ke dalam mansion ini, semua gerak-gerik kalian terawasi selama 24 jam. Hah! Manusia bodoh tidak tahu terimakasih!"

Tawa yang barusan mengalun tergantikan dengan wajah dingin yang penuh dengan aura membunuh. Netra semerah darah itu semakin menajam menembus kegelapan malam. Binatang malam yang tengah beraktivitas pun seketika sunyi bak tunduk pada aura dominan sang vampir bangsawan yang menguar bersatu padu pada pekatnya malam.



***



"Oh, kalian berdua mau kemana malam-malam begini?" tanya salah satu pelayan wanita yang melihat Chenle dan Renjun hendak keluar mansion. Mereka serempak terdiam di ambang pintu.

"Itu.. kami mau mencuci baju karena siang tadi tidak sempat karena lupa." Renjun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pelayan wanita itu membulatkan mulutnya, "Jangan kebiasaan lupa seperti itu ya. Cepat selesaikan pekerjaan kalian, suasana malam tidak baik bagi kesehatan."

Mereka berdua pun mengangguk, setelahnya mereka keluar dari halaman belakang mansion, melewati jalan setapak menuju air terjun yang sering mereka gunakan untuk mencuci pakaian. Itulah satu-satunya jalan yang aman dilewati karena halaman belakang mansion itu tidak dijaga oleh prajurit bayangan yang Mr. Lee tempatkan untuk menjaga keamanan sekitar mansion.

Rembulan di atas sana semakin menampakkan atensinya sebagai penguasa malam. Renjun sudah memperkirakan kapan gerhana bulan darah terjadi. Jadi mereka masih memiliki waktu yang cukup untuk menjauh dari wilayah mansion itu. Yah, setidaknya mereka punya kesempatan untuk bersembunyi jika tuan muda Peter atau Mr. Lee menyadari aksi kabur mereka.

Moiee [SungLe]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang