07

1.8K 189 3
                                    




.


.


.



Chenle duduk di tepian kasur sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil. Ia baru saja selesai membersihkan diri sejak sepuluh menit lalu. Rencananya ia akan pergi tidur setelah rambutnya kering, hari ini cukup melelahkan namun juga menyenangkan. Banyak hal baru yang ia dapatkan hari ini, termasuk pertama kalinya ia melihat tuan muda Peter walaupun hanya punggungnya saja yang bisa ia lihat.

Perlu memang mengenali dengan siapa kita bekerja, tetapi di sini sepertinya tidak bisa, sosok tuan muda Peter terlalu tertutup dan misterius. Selama sang majikan merupakan orang baik, mungkin Chenle akan betah bekerja di sini dalam jangka waktu yang lama. Apalagi dengan keberadaan Renjun yang katanya ingin menjadi temannya, itu pun juga sudah cukup bagi Chenle untuk berbetah diri bekerja di mansion ini. Pria mungil itu tak mengharapkan apapun, karena kehidupan yang diberikan untuknya sudah keras dan penuh ketidakadilan sejak dulu.

Setelah dirasa rambutnya sudah agak kering, Chenle beranjak ke sudut ruangan untuk mematikan satu-satunya sumber cahaya di ruangan itu. Anak itu tidak bisa tidur jika ruangan terang. Namun baru saja Chenle menarik nafas untuk memadamkan api kecil itu, ketukan di pintu mengurungkan niatnya dan langsung membukakan benda persegi panjang itu.

Hal pertama yang ia lihat adalah senyuman manis Jeno yang mampu membuat siapa saja yang melihatnya menjadi ikut tersenyum juga. Kepala pelayan itu benar-benar murah senyum kepada semua orang.

"Ah, Mr. Lee. Se-selamat malam." Chenle membungkukkan tubuhnya yang dibalas dengan ucapan selamat malam dari Jeno.

"Boleh saya masuk? Ada yang ingin saya sampaikan kepadamu pelayan Zhong."

"Iya, silahkan tuan." Chenle mempersilahkan Jeno masuk ke kamarnya. Si kepala pelayan itu duduk di kursi rotan samping jendela yang memang disediakan setiap kamarnya. Barangkali pelayan-pelayan itu menggunakannya untuk sekedar duduk-duduk santai sambil melihat-lihat pemandangan di luar jendela.

Chenle berdiri di hadapan Jeno dengan pandangan menunduk. Ia menunggu si kepala pelayan menyampaikan apa yang ingin pria itu bicarakan.

"Bagaimana hari pertamamu bekerja?"

Chenle mengerjapkan matanya sejenak untuk pertanyaan tak terduga itu, namun buru-buru ia sadar dan mendongakkan kepalanya memberanikan menatap wajah rupawan Jeno.

"Um, ya, menyenangkan tuan." Jeno mengangguk-angguk sambil mengusap dagunya.

"Sepertinya kau dekat dengan pelayan Huang."

Dahi Chenle seketika mengernyit. Siapa pelayan Huang?

"Renjun, Huang Renjun. Sepertinya anak itu sudah memberitahukan namanya."

Ah. Renjun? Kenapa ia bisa lupa nama marga pria mungil itu? Chenle merutuki dirinya sendiri.

"I-iya, maaf saya tidak bisa mengingat nama dengan baik." Jeno terkekeh mendengar penuturan Chenle yang terdengar gugup. Kenapa malah meminta maaf padanya?

"Baguslah, kau tidak kesepian kan disini?"

"Tidak sama sekali tuan." Jeno hanya mengangguk. Pria itu berdiri dari duduknya dan menghadapkan wajahnya ke arah jendela yang menyajikan pemandangan malam yang indah.

"Mulai besok dan seterusnya kau akan belajar membaca dan menulis."

Chenle terkejut dengan penuturan Jeno yang terkesan tiba-tiba. Ia menatap lamat setengah wajah rupawan Jeno yang terkena sinar rembulan malam.

Moiee [SungLe]✓Where stories live. Discover now