Loka - 6

434 75 8
                                    

Henry memasukan koper terakhir ke dalam mobil ditemani oleh Dinda. Besok setelah sarapan, mereka akan bertolak ke Jakarta.


"Sudah semua kan Bun?" tanya Henry memastikan.


Dinda menganggukkan kepala.

"Sudah Bang..." jawab Dinda.


"Barang-barang Aa?"


Dinda kembali menganggukkan kepalanya.


"Sudah semua Bang.... Kalaupun ada yang ketinggalan, kan masih ada Abang di sini....."


"Iya ya....." cengir Henry.


"Makasih karena sudah bantuin Bunda ya Bang....  Sekarang Abang istirahat deh.... Pasti Abang capek baru balik dari Jakarta terus langsung bantuin Bunda....."


"Bun.." Panggil Henry. Dinda menatap pada Henry menanti kalimat apa yang akan Henry katakan selanjutnya.

Sedangkan Henry tengah menimbang apakah perlu ia mengatakan pada Dinda soal Jonathan yang tampak tidak begitu sehat saat kunjungannya yang terakhir,  Henry khawatir kepada Jonathan. Tapi dia juga takut jika dia berkata jujur pada Dinda, bundanya itu akan langsung berubah pikiran. Padahal Henry yakin, keputusan untuk berpisah dengan daddy-nya sudah dipikirkan oleh Dinda berulang-ulang.


"Kenapa Bang?" tanya Dinda.


"Euhm..itu... Abang mau minta izin, Bun....Abang mau ngopi diluar sama Luke" dusta Henry.


Dahi Dinda mengerut. "Ngopi di luar jam segini? Tapi di mana? Kafe kamu kan sudah tutup...."

Henry menggeleng. "Enggak di kafe, Bun.... Bosan juga. Mau ke kafe baru di Braga. Anggap aja sekalian riset pasar. Udah lama juga nggak ngobrol sama Luke....." meski ada rasa bersalah dalam hati Henry karena sudah berbohong pada Dinda, tetapi Henry tetap memberikan ekspresi meyakinkan.

"Ya sudah.... Tapi jangan lama-lama ya Bang.... Ini sudah malam.... Sampaikan salam Bunda buat Luke ya...."


Henry mengangguk juga "Okay Bun.... Abang janji nggak akan lama. Bunda langsung istirahat ya.. Abang pergi dulu" jawab Henry. Ia mengecup kening Dinda, mencium tangan Dinda, baru kemudian pergi dari sana.


🌍

Henry berbohong. Ia tak pergi dengan Luke. Ia hanya pergi sendiri berkeliling entah kemana dan berhenti di pinggir jalan sambil kembali memikirkan persoalan tentang Daddy dan Bundanya.


Ia pikir ia akan baik-baik saja. Nyatanya tidak. Rasa sesak terus memenuhi hatinya. Ia tidak ingin seperti ini. Ia ingin keluarga yang utuh. Keluarga yang menjadi satu-satunya sumber kebahagiaannya.


Di tengah sesak itu, Henry hanya bisa memikirkan satu nama. Satu nama yang pernah mengalami kondisi yang sama dengannya.


Bianca


Bianca pasti akan tau apa yang ia rasakan saat ini dan mungkin akan memiliki jalan keluar untuk menenangkan perasaan sesaknya.


🌍


Alih-alih langsung istirahat seperti yang diminta Henry, Dinda memilih untuk menuju kamar Hecla lebih dulu. Ia ingin memastikan Hecla dan Injun sudah istirahat. Salah satu sahabat lama Hecla sedang berlibur di Bandung, khusus datang untuk menemani Hecla. Dinda tahu, jika mereka sudah bermain bersama, pasti mereka akan lupa waktu.


Ketika langkah Dinda sudah berhenti di depan pintu kamar Hecla, Dinda urung untuk langsung masuk. Percakapan di antara Hecla dan Injun saat ini yang menjadi penyebabnya. Bukan maksud Dinda ingin menguping. Hanya saja saat mendengar Hecla sedang membahas perihal perpisahan dirinya dan Jonathan. Dinda menjadi ingin tahu. Ia ingin tahu bagaimana sebenarnya perasaan Hecla dengan keputusannya itu.


LokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang