Loka - 18

403 72 10
                                    

"Okay Class !!! I'll see you next week.... Don't forget to do your assignment ya !!!!" suara lantang Miss. Gema ketika mengumumkan bahwa kelas mereka berakhir dikalahkan dengan riuh para siswa yang berseru senang ketika mendengar lonceng tanda jam pelajaran mereka untuk hari ini berakhir. Miss Gema yang tahu bahwa sia-sia dia menarik perhatian para anak muridnya hanya bisa tersenyum pasrah. Dia lantas bertukar pandang dengan Kala, si ketua kelas untuk mengambil alih.


"Attention !!!" suara berat Kala menggelegar. Tingkahnya yang terkadang random tertutup dengan suara berat dan dalamnya itu. Hal itu juga yang menjadi salah satu faktor para siswa perempuan di kelas mereka memilih Kala untuk menjadi ketua kelas mereka. Suara berat Kala membuat candu katanya.


Seluruh kelas sontak berubah hening ketika Kala bersuara. Mereka yang tadi begitu ribut dan tidak mengindahkan Miss Gema langsung diam begitu Kala bertindak.


"Greetings !!!" seru Kala lagi.


"Thank you Miss Gema !!!!"


Miss Gema menerbitkan senyum di wajah lelahnya lalu berjalan keluar meninggalkan kelas terakhir yang dia ajar hari ini. Baru satu langkah melewati pintu, suara riuh kembali pecah di dalam kelas, bagaikan dengung lebah.


"Hachi..... hari ini hari pertama ekskul loh.... Kamu excited nggak ?" tanya Kala bersemangat. Hilang sudah kharisma Kala sebagai ketua kelas. Saat ini dia adalah Kala yang selalu mengekori Hecla kemanapun anak itu pergi.


"Biasa aja...." Hecla yang sedang membereskan buku-bukunya menjawab singkat. Kala mengerucutkan bibirnya. Lalu kemudian, dia teringat dengan tugas dari guru bahasa inggris mereka tadi. Perlahan-lahan rasa kuatir menyergap Kala.


"Heumm..... Hachi.... Soal tugas bahasa inggris itu.... Aku bisa kok bantu kamu.... Abah aku suaranya bagus loh...." ucap Kala pelan. Tugas bahasa inggris yang baru saja mereka dapatkan dari Miss Gema tadi adalah membuat sebuah video singkat yang berisi para murid menyanyikan satu lagu bahasa Inggris yang mereka sukai bersama dengan ayah mereka. Setelah itu mereka harus membuat persepsi mereka sendiri atas lagu itu, tentu saja dibuat dalam bahasa Inggris.


"Tapi Abah kamu bukan Daddy aku...." balas Hecla tajam.


"Aku kan cuma mau nawarin bantuan ke kamu, Hachi....." sahut Kala. Dia menatap dengan lekat setiap pergerakan Hecla.


Buku-buku sudah masuk ke dalam tas. Kotak bekal buatan Bunda juga sudah aman di dalam. Tas punggung warna biru dongker pemberian Henry sudah tersandang di pundaknya.


"Terima kasih buat perhatianmu, Kal... Tapi aku bisa ngerjain tugasku sendiri. Aku bisa minta tolong Abang Henry atau Uncle Iwan. Sekarang, permisi.... Aku harus ke ruang padus. Nggak enak sama senior anak baru kayak aku terlambat datang di hari pertama..."


Kala menghela napas panjang. Dalam hati merutuki kebodohannya sendiri kenapa mengungkit soal tugas itu di depan Hecla. Daripada membuat Hecla semakin kesal, Kala menyingkir dari meja Hecla. Memberikan akses supaya temannya itu bisa lewat dengan leluasa. Dia menatap punggung Hecla yang perlahan-lahan mulai menjauh dan menghilang.


"Apa urang kasih tahu Uncle Jo aja ya? Tapi nanti Hachi tambah marah...." Kala bermonolog sendiri.


"Argghhh !!!!! Pusing ah !!!!!" Kala berseru frustasi sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Umurnya belum ada tujuh belas tahun, tapi masalah yang harus dia hadapi tidak kalah pelik dengan masalah distribusi mesin pertanian yang sedang dihadapi oleh Abah-nya.


"Abah.... Umi.... Helep me....."



🌏


Hecla berjalan cepat sambil menundukkan kepala menuju ke lantai tiga gedung sekolahnya, tempat dimana ruang ekstrakurikuler paduan suara berada. Dia ingin cepat-cepat masuk ke dalam ruangan ekskul tanpa harus bertemu dengan Mark atau Chandra karena untuk mencapai ruangan tersebut, Hecla harus melewati kelas Mark dan Chandra.


LokaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang