H-23: Kenapa jadi kacau?

461 35 0
                                    

Don't you know I'm no good for you?
I've learned to lose you, can't afford to
Tore my shirt to stop you bleedin'
But nothin' ever stops you leavin'

-Billie Eilish, When the party's over-

BABAS POV

Mimpi ini lagi. Bisakah aku berhenti memimpikan ini? Rasa bersalah ini terus menghantuiku.

Hari itu, kakek Ririn mengetahui hubungan Ririn dengan pacarnya. Aku yakin ini tidak akan berjalan baik.

Aku menggenggam tangan Ririn erat. Tangan Ririn terasa bergetar di tanganku. Wajahnya pucat, matanya menahan tangis. Aku jadi semakin merasa bersalah.

Apakah yang aku lakukan ini benar? Aku semakin ragu.

"Kamu tunggu diluar aja, Bas. Ini masalah aku, kamu nggak usah ikut campur," ucap Ririn berusaha melepaskan genggaman tanganku.

Aku menggeleng, "Kita hadapin ini sama-sama," ucapku meyakinkan Ririn.

"Kamu nggak marah? Aku punya pacar lain..."

Aku menggenggam tangan Ririn semakin erat, "Itu nggak sepenuhnya salah kamu. Kamu pacaran bahkan sebelum kita dijodohin. Aku ngerti,"

Ririn menatapku ragu, "Tapi..."

"Aku bakal nemenin kamu. Kakek kamu nggak akan semarah itu kalau ada aku,"

Ririn menggeleng tak setuju, "Kamu nggak tau, Bas. Kakek itu lebih kejam dari yang kamu bisa bayangin. Dia bisa aja bunuh aku sekarang,"

Aku menelan ludah susah payah. Rasa bersalah ini semakin bertambah besar lagi. Aku rasa aku melakukan kesalahan kali ini.

"Aku bakal ngelindungin kamu," ucapku tanpa ragu.

Ririn dan aku pun memasuki ruang kerja Kakek Ririn. Ruang kerja bernuansa gelap ini menambah suasana ngeri saat itu.

Prang

Satu asbak rokok melayang tepat di samping kami, pecah menjadi butiran kaca. Ini sambutan yang amat mengerikan.

Ririn buru-buru berlutut di depan meja kerja Kakeknya. Kepalanya tertunduk, air matanya terus turun.

"R-ririn m-minta maaf," ucap Ririn terbata-bata.

Kakek Ririn tertawa mengerikan, lalu berjalan kedepan Ririn. "Maaf? Udah tau salah, masih dilakuin?"

Ririn memohon ampun, "Ririn tau ini salah. Kali ini tolong maafin Ririn, Kek,"

Kakek Ririn memegang rambut Ririn, "Kamu sama bapak kamu sama aja! Dikasih pasangan yang bagus, malah mungut sampah di jalanan. Kamu sama ibumu itu sama-sama nggak ada gunanya!" ucap Kakek Ririn sambil menjambak rambut Ririn.

Aku terkejut setengah mati. Aku tidak mengira akan berakhir seperti ini.

Ririn terlihat menahan sakit, "M-maaf..."

"Setidaknya kamu harus punya pasangan yang hebat, biar ada gunanya sedikit! Kenapa malah pacaran sama sampah kayak gitu?!" teriak Kakek Ririn lalu melayangkan satu tamparan.

Aku harus melindungi Ririn kan? Tapi badanku sungguh tidak bisa digerakkan.

Kakek berjalan menjauh dari Ririn untuk mengambil sesuatu. Itu tongkat golf. Jangan bilang....

Aku buru-buru berjalan kearah Ririn, lalu memeluknya.

Bug

Tongkat golf itu terayun mengenai kepalaku. Rasanya sakit.

Ririn berteriak, "Bas!"

Aku tersenyum menatapnya, "Kamu nggak apa-apa?" tanyaku pada Ririn.

Ririn menatapku dengan bibir yang sedikit robek, "Harusnya aku yang nanya gitu,"

One Month Notice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang