H-19: Jangan marah ya?

470 33 1
                                    

RIRIN POV

Aku selalu merasa aneh ketika disebut dengan sebutan 'orang baik'. Pada kenyataannya aku bukanlah orang baik.

Dari kecil, aku dan Ko Biyan dituntut untuk dapat memanfaatkan apapun yang bisa menguntungkan kami, termasuk manusia.

Kakek bilang untuk bertahan di medan pertempuran yang keras ini, kami harus menyiapkan amunisi sebanyak mungkin. Salah satu amunisi yang mungkin tak banyak orang lain ketahui adalah manusia.

"Berbuat baiklah pada orang disekitar kalian, berikan apa yang mereka butuhkan. Uang? Bantuan? Berikan itu semua. Maka manusia-manusia itu akan menjadi boneka yang nanti bisa kalian manfaatkan," begitu kata Kakek.

Apa kalian pikir orang-orang di keluargaku berbuat baik dengan tulus? Jangan percaya!

Bahkan Ko Biyan sekali pun yang terkenal dengan sebutan malaikat juga punya niat terselubung. Ko Biyan juga seorang pengusaha dan seorang pengusaha tidak ada yang benar-benar tulus. Mereka selalu memikirkan keuntungan.

Begitu pun juga aku.

Saat Mey masih menjadi asisten pribadiku, aku memang banyak membantunya secara finansial. Aku bahkan membiayai hidup dan biaya pengobatan ibunya.

Awalnya aku melakukannya hanya karena ingin, itu bahkan bukan nominal yang besar untukku. Namun lama kelamaan, melihat bagaimana Mey semakin mengabdikan hidupnya dan mau melakukan apapun untukku, itu semakin terlihat menyenangkan untukku.

Teman. Orang-orang menyebut hubungan ini sebagai pertemanan. Namun bagiku, terkadang Mey lebih terlihat seperti boneka di mataku.

Lama-kelamaan hati kecilku merasa terbebani. Aku merasa kasihan melihat Mey. Makanya aku memutuskan untuk melepaskan Mey dan menjadikannya seorang artis. Aku ingin dia berhenti menjadi bonekaku dan hidup mandiri.

Namun sekarang, aku membutuhkan bonekaku sekali lagi. Hanya kali ini saja.

Maka di sinilah aku berada, masih di dalam mobil yang sedang terparkir di depan rumah Mey.

Rumah Mey saat ini masih ramai dikepung oleh wartawan. Sepertinya mereka tidak akan berhenti sebelum mendapat jawaban yang memuaskan dari Mey.

Aku mengambil ponselku dan menelpon seseorang, "Tolong suruh semua portal berita dan gosip untuk menarik semua wartawan yang ada di rumah Meyrine," perintahku tegas.

"Baik, Bu."

Dan dalam beberapa menit, semua wartawan yang memenuhi rumah Mey menjadi menghilang seketika.

Itulah gunanya kekuasaan, uang, dan koneksi. Aku bisa menyingkirkan siapa pun dalam sekejab.

Aku keluar dari mobil sambil menenteng hadiah yang akan aku berikan untuk Mey. Ini sebuah satu set pisau mahal buatan Jerman yang berhiaskan berlian. Aku tau Mey suka pisau.

Aku berjalan ke arah pagar rumahnya dan membukanya dengan pin yang aku ketahui. Aku berjalan masuk ke dalam dengan santai.

Aku menemukan Mey yang sedang menonton TV bersama ular kesayangannya.

Dia menoleh kepadaku, lalu tersenyum. "Akhirnya Mbak Ririn keluar dari persembunyian..." ucapnya pelan. Aku bisa menangkap nada marah dari suaranya.

Aku meletakkan hadiahnya dan duduk tak jauh darinya. "Aku nggak pernah sembunyi. Buat apa sembunyi? Aku bisa nyingkirin orang yang mau nemuin aku," jawabku santai.

Dia tertawa sambil mengelus ularnya. "Aku seharusnya nggak perlu kaget, tapi tetap aja kaget. Mbak Ririn emang bisa ngelakuin apapun. Termasuk nyingkirin orang kecil kayak aku,"

One Month Notice [COMPLETED]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin