H-9: Kamu senang?

349 28 0
                                    

BABAS POV

Sembilan hari sebelum pernikahan, aku dan Ririn akan melakukan fitting baju yang terakhir. Kali ini, kami akan pergi bersama.

Ini lucu, biasanya aku yang menjemput Ririn. Namun kali ini, Ririn menawarkan diri untuk menjemputku. Ririn bilang dia ingin mendalami peran sebagai 'perawatku' mulai dari sekarang.

Aku tersenyum geli, bukankah Ririn semakin menggemaskan?

Aku mengecek penampilanku sekali lagi. Atasan kasual dari Ralph Lauren dan celana berwarna coklat dari Kiton menjadi pilihanku. Aku juga menggunakan jam tangan L.U.C 1860 dari Chopard yang diberikan oleh Ririn.

"Yaelah, Mas. Udah cakep kok, cakep. Mau berapa kali lagi sih bolak balik ngaca?" cibir Sabrina yang sedang duduk di sofa kamarku.

Aku menatap tajam Sabrina, "Berisik!"

Sabrina tertawa geli, "Mas Babas kayak anak gadis yang baru pertama kali nge-date,"

Aku melemparkan bantal ke arah Sabrina dengan kesal, "Mulut kamu tuh kayak nggak pernah disekolahin!"

Sabrina semakin cekikikan, terlihat senang karena berhasil membuatku marah.

Karena sudah malas meladeni Sabrina, aku buru-buru keluar kamar untuk menunggu Ririn.

Aku duduk di depan rumah untuk menunggu Ririn. Sabrina mengikutiku untuk duduk di sampingku.

"Mas..." panggil Sabrina pelan.

"Hmm..." balasku singkat.

"Mas Babas kalau meninggal jangan lupa warisin hartanya buat Sabrina ya?"

Aku melotot ke arah Sabrina, "Sembarangan ya kalau ngomong!"

Sabrina cekikikan lagi, "Makanya, Mas Babas harus sehat-sehat terus. Jangan lupa berobat! Kalau enggak mau hartanya Sabrina rampas gitu aja..."

Aku berdecih, "Enak aja! Kamu tuh kerja sendirilah. Papi nyuruh kamu masuk perusahaan kan?"

Sabrina cemberut, "Aku kan masih kecil. Mau jadi apa coba di kantor?"

Aku tersenyum miring, "Ada lowongan cleaning service, cocok sama kamu."

"Ih, Mas Babas jahat!" teriak Sabrina heboh.

"Kamu masuk aja dulu jadi karyawan magang. Pelajarin dari hal kecil, kalau kamu udah lulus kuliah baru bisa ambil alih jabatan yang lebih tinggi,"

Sabrina cemberut, "Padahal cita-citaku jadi trophy wife yang kerjanya arisan sana sini."

Aku tersenyum pahit, kalau bukan karena aku sakit, mungkin semuanya tidak sekacau ini. "Maaf..."

Sabrina buru-buru menggelengkan kepala, "Aku nggak nyalahin Mas Babas. Cuma ya belum siap aja. Mas Babas bisa fokus berobat dulu, jangan khawatirin Sab!"

Tin

Mobil Ririn telah terparkir di depanku. Aku buru-buru masuk ke dalam mobil Ririn, meninggalkan Sabrina yang masih duduk di sana.

"Hai..." sapaku pada Ririn yang sedang duduk dibalik kemudi. Entah kenapa tiba-tiba aku menjadi gugup.

Ririn tersenyum, "Hai!" sapa Ririn riang.

"Kamu beneran nggak mau tukeran nyetir?" tanyaku ragu.

Ririn menghadap aku dengan senyum yang masih merekah. "Hari ini konsepnya emang gini. Aku yang bakal ngelayanin kamu."

Aku hanya mengangguk, lalu berniat untuk memasang sabuk pengaman.

"Tunggu!" cegah Ririn cepat.

Aku meliriknya bingung, "Kenapa?"

One Month Notice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang