H-3: Janji?

291 17 0
                                    

Ririn POV

Aku ingin membuat sebuah pengakuan dosa. Dosa yang membuat seorang Baskara Reyn Hanggoro terluka begitu dalam. Sejujurnya, dulu aku tidak pernah berpikir untuk menikahi Babas.

Setelah aku pikir-pikir, aku hanya memanfaatkan Babas sebagai pelindungku tanpa benar-benar ingin melanjutkan hubungan kami ke tingkat lebih serius.

Aku memberikan Babas sebuah harapan palsu dibalik kata pacaran. Setiap Babas melamarku, aku akan membuat seribu satu alasan untuk menolak lamarannya.

Di dalam hatiku, terkadang aku berdoa agar Babas mau melepaskanku. Namun semua tidak semudah itu.

Kakek terus menekanku untuk tetap bersama Babas dan keluargaku juga hanya akan memperlakukan aku dengan baik jika aku bersama Babas.

Aku membutuhkan Babas, tapi terkadang semua terasa mencekik dan memaksa. Hingga aku pernah berdoa agar Babas mati saja, mungkin semua akan menjadi lebih baik.

Aku juga tidak tahu mengapa aku tidak bisa mencintai Babas yang begitu tulus saat itu. Mungkinkah karena kami memulai hubungan dengan cara yang salah?

Oh Tuhan aku pasti sudah gila pernah menolak pria seperti Babas!

Tuhan, aku mohon maafkan aku...
Aku bersalah.
Tolong jangan dengar doa-doaku di masa lalu...
Aku tidak ingin kehilangan Babas...
Aku mencintai Babas lebih dari apa pun.
Dia adalah orang yang selalu ada di sampingku dan melindungiku.
Tuhan, kau telah mengambil kedua orang tuaku. Namun aku mohon jangan ambil Babas dari hidupku.
Aku... aku tidak tau harus apa jika hidup tanpa Babas...
Berikan kami sedikit kebahagian lagi..
Sedikit lagi...
Tolong hilangkan rasa sakit yang Babas rasakan.
Kau bisa memberikannya padaku Tuhan...
Pindahkan rasa sakitnya padaku, aku rela...
Tolong kali ini saja, biarkan Babas sehat...
Aku mohon ampun, aku berjanji akan menjadi hamba yang lebih baik lagi.

Aku menggenggam kedua tanganku semakin erat. Harapan dan doa aku ucapkan dalam hati dengan sungguh-sungguh. Di rumah Tuhan ini, aku berharap adanya sebuah keajaiban untuk Babas.

"Rin..." sebuah suara berat terdengar dari arah kiriku.

Aku masih menggenggam tanganku sendiri dan menutup mata dengan erat. Menggumamkan setiap doa dalam hatiku.

Tuhan tolong berikan umur yang panjang untuk orang di sebelahku ini. Kau bisa mengambil umurku sebagai gantinya. Tolong...

"Rin..." Babas menggenggam tanganku yang sedang berdoa, berusaha menginterupsi doaku lagi.

Tuhan kau bisa mengambil nyawaku sebagai gantinya. Aku bukan manusia yang berguna, tolong ambil nyawaku saja. Jangan Babas! Aku mohon...

Babas menurunkan tanganku dengan paksa dan menghentikan doaku. "Cukup, Rin..." gumam Babas dengan suara lirih.

Aku menggeleng, masih menutup mata dan mencoba menyatukan tanganku kembali untuk berdoa.

Tuhan, tolong biarkan Babas hidup...

"CUKUP, RIN!" kali ini Babas membentakku agar aku menghentikan doa yang telah aku panjatkan dari satu jam yang lalu.

Aku menatap Babas dengan sorot mata putus asa. Aku berdoa sejak satu jam yang lalu dan Babas hanya menatapku dengan pandangan yang sama putus asanya.

Semakin hari kondisi Babas semakin memburuk. Pagi tadi aku menemaninya untuk berkonsultasi dengan dokter, hasilnya tidak terlalu bagus. Kankernya menyebar lebih cepat dari yang diperkirakan. Umur Babas tidak akan lama lagi, begitu katanya.

One Month Notice [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang