11. Anger

1.4K 162 48
                                    

"Sebelum membaca, absen dengan spam emoji ini 🐖 disini!"

Guys, please bantu aku dengan vote setiap chapter yaa. Aku minta tolong.

Tolong penuhi komentar di setiap paragraf. Juga vote yang gratis di pojok kiri bawah. Don't be siders. Kalau kalian aktif, aku juga akan aktif update.

• Selamat Membaca •

•••

"Mah, Semesta bohong itu. Apaan, orang ketemu aja baru beberapa kali. Jangan percaya omongan dia. Nggak jelas anaknya, kita aja baru kenal kok."

Tere akhirnya membuka suaranya setelah kembali mengingat tentang ucapan Maharaja saat cowok itu menawarkan tumpangan untuk mengantarnya pulang.

Ini tidak bisa dibiarkan. Kedua orangtuanya harus dikasih tahu sebelum terlambat. Takut kalau cowok itu akan semakin dekat dengan kedua orangtuanya.

Dan Tere tak mau itu terjadi.

Memangnya siapa cowok itu?

Padma mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang anak yang duduk disebelahnya. Ibu dan anak itu sedang menonton televisi malam ini. Menunggu kepulangan sang kepala keluarga dari pekerjaannya.

"Semesta siapa?" tanya Padma heran.

"Cowok yang nganter aku tadi pagi. Yang Mamah telepon minta tolong liat aku di sekolah tadi waktu pulang," jawab Tere terlihat kesal.

Padma mengulum senyumnya mendengar hal itu, "Baru kenal katanya. Terus kalian punya nama panggilan masing-masing gimana ceritanya?" ucapnya menatap jahil sang anak.

Tere melotot mendengarnya, "Apaan!" balas cewek itu.

"Dia bilangnya namanya Raja loh. Nama panggilannya Raja, katanya. Kamu kenapa bisa beda sendiri manggil dia? Dia aja manggil kamu Aurora." Padma menaik-turunkan alisnya menatap Tere.

"Ya... ya itu— dia maksa. Iya, dia maksa aku. Nggak jelas 'kan, anaknya dibilang juga. Udah lah, Mah. Mamah juga apa-apaan sama Ayah udah tukeran nomor sama dia," protes Tere benar-benar kesal.

"Ya udah lah, Nak. Hitung-hitung ada yang jagain kamu di sekolah. Lagian anaknya gentle kok, Mamah liat. Apalagi Ayah, mereka aja udah ada rencana main futsal bareng." Kali ini, ucapan Ibunya barusan benar-benar meruntuhkan segalanya.

Tere terdiam ditempatnya. Menatap tak percaya pada sang Ibu. Apa katanya barusan?

Ayahnya dan Maharaja sudah merencanakan akan bermain futsal bersama?

Wah...

---

"Sumpah, Ter?" Zahra menatap speechless pada Tere yang hanya mengangguk lesu ditempatnya.

"Wah, anjir. Meleyot gue kalau jadi lo. Lo habis ngelakuin apaan sih? Gue iri masa. Seorang Maharaja? Sialan gue udah ngebayangin kalau lo sama dia nanti jadian. Apa nggak bucin mampus 'tuh, cowok," tutur Zahra masih tak percaya.

Tere melotot kesal mendengarnya. Cewek itu memukul pelan pundak Zahra, membuat yang di pukul hanya terkekeh tak berdosa.

Saat ini sedang istirahat. Ketua OSIS dan sekretaris OSIS itu sedang berada di ruangan OSIS—masih berada di dalam ruangan yang berada di perpustakaan—untuk mengambil sesuatu yang akan diserahkan kepada kesiswaan sekarang.

Tere tadi sudah disuruh oleh pembina OSIS sewaktu pagi-pagi dirinya datang ke sekolah. Dan di sinilah Tere sekarang, meminta Zahra untuk menemaninya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MAHARAJAWhere stories live. Discover now