14

3.9K 745 79
                                    



Gak vote, comment pantatnya kerlap-kerlip

TyPo

"Maksud lo apa anjing? Ah gak lucu kontol" ucap Nolan setelah mendengar cerita Marvin

Yang lebih tua menghela nafasnya, "Gue serius No, gak bercanda"

Nolan menggeleng, "Wuhh sampis lo bercandaan begitu, kenapa gak sekalian aja lo bilang anak lo seumuran gue"

"Gue harus apa biar lo percaya?" Tanya Marvin

Nolan menggeleng, "Gak harus apa-apa, karena lo boong"

"Lo mau ketemu mereka?"

Nolan menggeleng, memandangi kukunya masih bersikeras jika Marvin berbohong.

"Oke gue bakalan bawa mereka ketemu sama lo"

Nolan memandang Marvin, "Coba aja, kalo gak gue tonjokin lo sampe mampus didepan mereka"

"Dek..please" mohon Marvin

"Gak, gak ada. Gak usah nambah-nambahin masalah deh bang, kita gak kekurangan masalah, bahkan yang sebelum-sebelumnya aja belum bisa diselesain lo dateng-dateng bilang kalo lo udah nikah dan punya anak yang udah mau setahun"

"Gue minta maaf No, gue sadar gue bener-bener salah, gue bikin kalian kecewa tapi gue juga berusaha tebus dosa gue dengan bertanggungjawab, gue gak bisa biarin dia ngurusin anak gue, dan gue juga gak mau kebayang-bayang seumur hidup"

Nolan memandang Marvin dengan sorot mata tajam.

"Lo sadar gak sih bang ngomong apa?"

Marvin mengangguk, "Gue sadar dek, gue minta maaf gue tau gue salah, gue-

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Marvin hanya diam saat Nolan memberikan bogeman mentah pada wajahnya, nafas yang lebih muda naik turun sedangkan Marvin kini memegang sudut bibirnya yang luka dan hidungnya yang mengeluarkan darah, pukulan Nolan tidak main-main.

"Lo punya Tuhan gak sih?! lo pikiran gak perasaan nyokap-bokap lo?! lo liat tuh bapak lo! Lo gak malu?! gue aja malu lo yang berbuat, gue gak nyangka sama lo bang, walaupun kita kayak gini bukan berarti lo bisa caper ke mereka dengan cara kayak gini, kampungan tau gak!"

"Gue minta maaf dek, gue khilaf"

"Minta maaf lo sama Tuhan" Nolan meninggalkan ruang tamu masuk kedalam kamarnya dengan menutup pintu kasar.

Sagara disana, sedari tadi berdiri menyaksikan pertengkaran kedua abangnya, remaja lelaki itu hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi apapun, lalu kemudian melangkah ke kamarnya.



Marvin bersandar pada punggung kursi, lelaki itu memejamkan matanya, menahan rasa nyut-nyutan pada sudut bibir, pipi dan hidungnya, kepalanya saja sampai pusing karena pukulan mendadak Nolan. Tak apa, dirinya pantas mendapatkan itu, Nolan benar harusnya dirinya malu, Marvin benar-benar kecewa pada dirinya sendiri, bisa-bisanya dirinya melakukan hal-hal bodoh yang ia deklarasikan sebagai bentuk pemberontakan untuk mengais perhatian dari kedua orangtuanya yang mana dirinya justru membuat banyak orang kecewa.

Nolan tidak pernah semarah itu, selama dirinya mengenal Nolan, adiknya itu adalah orang yang selalu sabar dan membawa santai segala hal, Nolan selalu berusaha tertawa pada segala situasi dan kondisi agar orang disekitarnya tidak merasakan sedih, Nolan benar-benar kecewa padanya, Marvin harus mencari cara agar adiknya itu mau memaafkannya dan berdamai.

Lama berdiam diri disana, Marvin beranjak dari duduknya, pemuda itu berjalan ke arah kamar Sagara, si sulung itu mengetuk pintu kamar tersebut

Tok

EVALUASITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang