02. jahat?

39 6 1
                                    

Entah kenapa setelah mengantarkan Gara kemarin, Zefa merasa kalau Altezza semakin dingin padanya. Tatapan laki-laki itu seperti tatapan benci, padahal Zefa tidak merasa membuat masalah.

Sekarang Zefa tengah memasangkan Gara seragam sekolah "kamu ada ngomong apa sama a Al?" Tanya perempuan itu bingung, baru sekali ini ada orang yang menatap Zefa seperti itu.

"Banyak kok. Gara banyak cerita tentang sekolah, mama, papa semuanya Gara ceritain. Om Bian juga"

"Kita sarapan dulu, sekalian mama masukin bekal kamu" Zefa makan sambil sesekali merapikan nasi dipinggir anak TK itu.

"Kemarin aa Al juga giniin piring Gara" adu anak tersebut membuat Zefa tertegun. Baru kali ini ada yang mau seperti itu pada Gara. Yang lain tidak pernah memperhatikan Gara sampai segitunya.

"Oh ya, sama a Al ngapain lagi?"

"Tulang sama daging ayamnya di pisahin. Terus diajak keliling-keliling liat mall, diajak main game juga"

"Jauh kemarin?"

"Jauh, seru banget. Nanti mama ikut deh biar tau gimana"

"Ya sudah ayo berangkat. Pak Budi nungguin" Zefa mengalihkan pembicaraan saat melihat nasi Gara sudah habis "mama aja gatau a Al mau atau ngga jalan sama mama, tatapannya aja kaya benci banget ke mama" tapi Zefa hanya melanjutkan dalam hati.

Anyway, pak Budi itu orang yang setiap hari mengantar jemput warga sini kesekolah, mirip bus sekolah bedanya disini tidak pakai bus, melainkan memakai angkot.

"Pagi a"

"Pagi" tumben Zefa melihat Altezza pagi-pagi begini. Cuci mata melihat tetangga ganteng.

"Mau kemana a?"

"Bukan mau kemana tapi abis darimana. Saya baru pulang jogging" koreksi Altezza menceritakan habis darimana dia, apalagi Altezza memakai baju olahraga, tentu saja dia habis berolahraga kan? Zefa terlalu fokus ke wajah dan tubuh Altezza. Makanya tidak sadar akan baju yang laki-laki itu kenakan.

"Oh iya, yasudah saya masuk dulu"

"Ya" balas Altezza cuek.

Sementara itu Altezza mengambil beberapa telur dan menggoreng berbentuk mata sapi. Ia mengambil nasi dan makan bersama kedua orang tuanya. Altezza masak sendiri karena tidak bisa memakan masakan Uma, rata-rata beliau memasak makanan dengan santan, Altezza tidak suka santan.

"Ikam kada bulik ka jakarta lagi lo?" Abah membuka pembicaraan, beliau mengaduk teh lalu meminumnya sambil menunggu jawaban sang anak.

*Kamu ga pulang ke jakarta lagi kan?

"Buat sekarang ngga, Al mau nemenin kalian" ujar Altezza beralasan. Setengahnya lagi dia malas bertemu dengan Fara, bertemu dengan perempuan itu membuatnya mual, apalagi sekarang tetangganya juga demikian. Padahal dia sudah memiliki anak.

Tidak tahu diri.

"Amun kaya itu, sekalian ja ikam disini narusakan gawian kaluarga kita" lanjut Uma.

*Kalau begitu sekalian aja kamu disini nerusin usaha keluarga kita

"Ga mau, Al mau bikin usaha sendiri aja" Altezza tidak mau mengurusi pohon karet yang baunya gak akan ilang sehari, juga bau amis dari ikan, terus usaha yang lain. Bukan ga mampu, tapi tidak suka.

Usaha keluarga Altezza itu cukup besar, mereka juga orang yang disegani warga kampung. Usaha mereka ada kebun karet, sawit, peternakan hadangan atau kerbau, ikan, ayam dan lainnya, selagi bisa dikembangkan. Abah akan berinvestasi dan berusaha mengelola agar usaha itu menghasilkan.

Tulips wedding Where stories live. Discover now