10. ulang tahun Gara

23 7 0
                                    

Altezza membuang asap dari batang nikotin di tangannya. Apa yang Uma katakan barusan membuat Altezza sangat merasa bersalah.

"Zefa itu mamarina Gara, umanya sudah meninggal jadi Zefa nang menggaduh. Zefa belum belaki nak ae"

*Zefa itu tantenya Gara, mamanya sudah meninggal jadi Zefa yang ngurus. Zefa belum bersuami.

"Bagus Al, lo udah nuduh orang yang baik sebagai cewe murahan" puji Altezza pada diri sendiri. Sudah salah sangka, mengatai dia lagi. Padahal kalau ada nominasi orang baik itu jatuh pada Zefa.

Diumur yang lebih muda dari Altezza dia harus bekerja dan mengurusi keponakan. Apa tidak pusing? Belum lagi rumah sakit tempatnya bekerja tidak pernah sepi pasien. Senang sekali sepertinya pasien kesana.

Pelayanan rumah sakit itu bisa terbilang baik, tidak pandang bulu, mau warga atau pejabat semuanya dilayani dengan cara yang sama tidak di beda-bedakan.

Hal itu juga yang membuat rumah sakit mereka sering mendapat penghargaan sebagai rumah sakit teramah, terbaik dan sejenisnya.

"Gue harus minta maaf gimana?" Altezza menggigit bibir.

Melihat mobil yang datang dia melayangkan senyuman pada Zefa yang menatapnya singkat. Alih-alih membalas perempuan itu langsung melenggang pergi.

Mampus.

Salah Altezza juga kemarin sok tau, mengata-ngatai orang.

"WOI GUE HARUS GIMANA INI?!!!" Pekik Altezza bingung, laki-laki itu lantas mematikan rokok. Membuka laptop, tangannya mengetik keyword di Gugel 'cara minta maaf pada cewe' mata Altezza memicing melihat tutor dan artikel, mencari artikel yang pantas dan bisa dia lakukan.

"Okai, ini bagus nih. Tinggal siapin strategi, semoga aja berjalan mulus semulus muka gue"

🌷🌷🌷

Memang rezeki anak Sholeh tidak kemana-mana. Kemarin malam mencari cara untuk meminta maaf sekarang malah idenya datang sendiri.

"Gara ulang tahun kata Uma, besok jalan-jalan yu ajak mamamu juga" untung saja ada Gara, apalagi kata Uma dia ulang tahun. Kan rencana Altezza lebih enak.

"Bukannya aa kerja?" Gara yang sedang menggambar mobil-mobilan milik Altezza di kertas lantas menoleh.

"Besok Minggu agak longgar jadi bisa main"

"Okai"

"Pastiin ya mama Zefa mau"

"Iya siap!!!" Seru Gara "boleh ajak Sasa?" Tambahnya penuh harap. Gara tersenyum dan mengangguk.

"Boleh, nanti aa kasih tau mamanya Sasa buat jemput dia"

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba, Zefa masuk dengan wajah datarnya kedalam mobil Altezza. Mobil mulai di jalankan, Gara anteng di belakang sambil memainkan iPad dari Altezza.

"Saya minta maaf buat yang sebelum-sebelum ini. Saya tau sedikit dari Uma kalau ternyata saya salah paham tentang kamu"

"Salah paham gimana?" Tanya Zefa datar fokus melihat jalan, tidak mau menatap Altezza.

"Saya kira kamu ibu kandung Gara. Jadi saya sedikit kesal saat melihat kamu lebih mementingkan pekerjaan dan hal yang membuat saya lebih kesal adalah saat melihat kamu diantar banyak laki-laki, apalagi mereka cuma fokus ke kamu. Beberapa kali saya melihat Gara ingin berbicara tapi mereka tidak menjawab dan mengalihkan topik untuk berbicara dengan kamu saja"

Diam, Zefa mencoba mencerna apa yang dikatakan tetangganya ini.

"Maaf kalau sikap saya terkesan cuek, dingin atau terlihat tidak suka. Saya hanya salah paham dengan kamu. Tapi setelah mendengar sedikit dari Uma saya bangga dan iri dengan kamu"

Tulips wedding Where stories live. Discover now