11. pede?

40 7 0
                                    

"Saya kira kamu ibu kandung Gara. Jadi saya sedikit kesal saat melihat kamu lebih mementingkan pekerjaan dan hal yang membuat saya lebih kesal adalah saat melihat kamu diantar banyak laki-laki, apalagi mereka cuma fokus ke kamu. Beberapa kali saya melihat Gara ingin berbicara tapi mereka tidak menjawab dan mengalihkan topik untuk berbicara dengan kamu saja"

"Maaf kalau sikap saya terkesan cuek, dingin atau terlihat tidak suka. Saya hanya salah paham dengan kamu. Tapi setelah mendengar sedikit dari Uma saya bangga dan iri dengan kamu"

"Kamu ga gagal. Lagipula kamu bukan mama kandungnya, sampai disini juga kamu lebih dari berhasil. Jangan menyalahkan diri kamu, ini semua karena keadaan. Saya aja bangga dengan kamu, kamu juga harus bangga dengan diri sendiri. lap dulu air matanya, ini kan hari bahagia Gara, jangan nangis"

Mata Zefa terpejam, perempuan itu menyesap kopi miliknya sambil menatap layar monitor. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan pada pasien jam pulangnya akan segera tiba.

Perkataan dari Altezza kemarin masih teringat jelas  pada Zefa. Perlakuannya pada Gara juga membuat hati Zefa menghangat. Apalagi setelah pulang Gara tidak berhenti tersenyum sambil terus mengucapkan ini hari ulang tahun terbaiknya.

Pandangan Zefa beralih pada buku bersampul hitam yang Altezza belikan, dia bilang sebagai bentuk permintaan maaf. Kenapa laki-laki itu mau membahagiakan Gara ? Apa karena kasihan saja? Lalu kenapa juga dia seperti ini pada Zefa.

"Aku bisa suka kamu kalau gini terus" gumam Zefa.

"Ngelamun aja, kemasukan ntar" lamunan Zefa buyar saat Dion datang.

"Udah pulang?"

"Heem, ayo"

Mengemasi barang, Zefa mengekor di belakang kakaknya.

🌷🌷🌷

Mencomot kue yang Uma buat, Altezza menyaksikan salah satu film menemani Uma. Sedang Abah berisitirahat lebih dulu karena kelelahan sehabis bertemu sahabatnya di kota sebelah.

Ibu dan anak itu tengah serius menonton salah satu drama Korea atau yang dikenal anak-anak zaman sekarang Drakor. Uma menepuk punggung Altezza menenangkan "jangan nangis, harus tegar" nasihat Uma yang tengah berkaca-kaca.

"Nonton Drakor itu ga afdol kalau ga nangis Uma" mengusap air mata pura-puranya, Altezza menatap Uma yang mulai menangis.

Padahal Altezza sama sekali tidak sedih, hanya supaya Uma tidak malu saja dilihat sedang menangis, jadi sebagai anak yang baik Altezza menemani.

"Aa, Nini" panggil Gara pelan, ia bingung kenapa dua orang itu tengah berpelukan dan salah satunya sudah menangis. Ah bukan cuma mereka berdua, televisi yang menyala juga menampilkan adegan yang tidak jauh berbeda.

"Sini Gar, nangis bareng" ajak Altezza merangkul Gara duduk di tengah-tengah mereka. Sementara dua orang itu memeluk Gara haru.

"Kenapa nangis a? Apa yang sedih?" Gara mendongak, menatap Altezza minta penjelasan.

"Film" jawab Altezza singkat lalu kembali mengencangkan pelukan pada Uma dan Gara.

Gara menyunggingkan senyum, dia sangat ingin dipeluk seperti ini. Sayang dia jarang mendapatkannya.

"Eh Gara, setumat lah" Uma beranjak pergi ke kamarnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tulips wedding Where stories live. Discover now