05. alasan

19 6 0
                                    

"Aa ngasihin ini aja ke Gara, mau langsung pulang" Dion pamit pulang setelah mengantar Zefa pulang. Istri dan anaknya dirumah sudah menunggu, tidak bisa berlama-lama.

Apalagi anak kembar bikin repot, kasian Nana kalau mengurus sendiri. Meskipun ada pembantu dirumah tetap saja Dion ingin membantu.

"Salam buat a Nana sama si kembar ya"

"Iya siap" Dion membunyikan klakson mobil, lalu meninggalkan pekarangan rumah sang adik.

Sementara disisi lain, Altezza dari lantai dua menggeleng-gelengkan kepala "haduh, ada lagi cowo yang nganter dia kerumah. Semua cewe gini ya?"

Ayolah, apa tidak ada perempuan seperti Uma?

Kenapa Altezza harus selalu dihadapkan dengan perempuan brengsek?

Mantan-mantannya juga tidak ada yang beres, semuanya akan menunjukkan sisi buruk pada akhir.

"Gara, paman ngasih kamu kue. Mau ga?" Zefa sedikit berteriak. Tangannya sibuk memindahkan kue ke piring. Dion sangat tahu keponakannya suka kue apapun yang bercitarasa cokelat, makanya laki-laki itu sengaja membelikan Gara saat berkunjung bersama dengan anak istrinya.

"Paman dateng sama si kembar ma?" Gara mengambil posisi duduk di sofa.

Tangan anak itu mengambil kue lalu makan dengan tenang "kamu ada pr?" Zefa mengambil tempat di sebelahnya.

"Udah dikerjain sama aa Altez ma"

"Lho kapan?" Kaget Zefa.

"Sebelum mama pulang" Zefa berdehem pelan.

"Menurut kamu aa Altezza gimana?"

🌷🌷🌷

Rasa ngilu di bahu membuat Altezza menunda acara mandi.

"Mau ke Jakarta aja" gerutu Altezza kesal, ia merindukan suasana Jakarta bukan desa seperti ini. Hari libur seperti Minggu apa itu? Tidak ada disini, Altezza tetap harus bekerja "iri deh sama orang yang punya sodara, coba gue punya sodara pasti pekerjaan bisa dibagi-bagi"

Mau bagaimana lagi sudah takdir Altezza untuk menjadi anak tunggal. Ia berjalan ke nakas, mengambil air, lalu minum sambil scroll tiktok "uhuk.. sialan!!" Maki Altezza saat melihat layar ponsel.

Air tumpah dari mulutnya, untung cuma sedikit.

"Uma Abah!!!!" Pekik Altezza girang, senang tapi masih tidak menyangka.

"Napa?" Abah menatap kesal kearah Altezza. Pagi-pagi begini malah berteriak heboh, apa kata tetangga nanti? Dirumah mereka ada orang gila?

*Apa?

"Ini beneran? Abah ga salah transfer?" Untuk make sure saja, kalaupun salah transfer jangan harap Altezza mau mengembalikan uang dari Abah.

"Kada"

Kata kada yang artinya ngga itu membuat senyuman Altezza mengembang. Dia digaji sehari satu juta, siapa yang tidak senang, beda jauh dengan upahnya di jakarta yang hanya 5 juta saja. Sangat menguntungkan.

Ditambah disini tidak ada biaya hidup, tidak ada kata rugi.

"Senang berbisnis dengan anda" Altezza melenggang pergi. Rasa sakit di bahu dan rasa lelah seakan tidak berasa. Ia bersemangat kembali, Altezza menarik kembali apa yang dia katakan beberapa menit yang lalu, bekerja di Kalimantan saja.

Tulips wedding Where stories live. Discover now