03. mengabdi

32 5 0
                                    

Sesuai kesepakatan hari ini adalah hari pertama Altezza belajar meneruskan usaha keluarga. Bukan hanya belajar meneruskan tapi memang sudah ditunjukkan langsung untuk meneruskan.seperti sekarang Altezza mengurusi kebun pisang, ia mengawasi panen pisang sampai pisang siap di kirim ke kota.

Beberapa ia sisihkan untuk dibawa pulang, beberapa kali laki-laki itu juga membantu pekerja jika dirasa ada yang kurang "dua karung itu nanti di sisihkan kerumah ya pak" ucapnya mengingatkan.

"Nggih bos muda"

*Iya

Terdengar aneh saat seseorang memanggil seperti itu. Altezza ingin menolak tapi teringat pesan ayahnya, kalau ada orang yang memanggil bos diamkan saja. Itung-itung latihan, begitu kata Abah.

"Pisangnya abis ini diapain bos muda?"

"Langsung antar ke kota aja, oh ya buat pohon pisang sisa di tebang aja,nanti kita tanam yang baru. Bibitnya saya beli yang baru juga" Altezza sedikit terbantu dengan pegawai-pegawai disini, mungkin karena sering ke kota bahasa mereka pas sekali untuk Altezza.

"Nggih bos muda. Abis ini langsung ke peternakan ya?" Altezza mengangguk dengan senyuman tipis.

"Kalau ada apa-apa langsung call saya aja. Banyak yang harus saya pelajari, kalau ada tambahan baik berupa kritik atau saran jangan sungkan ya" pegawai itu mengangkat jempol dengan menyunggingkan senyum.

"Siap pak bos muda!!"

Karena cuaca yang kurang mendukung Altezza memilih naik motor. Motor trail adventure yang dia pakai sangat membantu untuk jalan menuju peternakan dan kebun seperti sekarang.

Jalan ke peternakan lumayan bagus, Altezza memarkirkan motor dibawah pohon mangga. Ini motor yang baru datang hari ini, khusus Abah belikan sebagai penunjang semangat Altezza bekerja.

"Bagaimana pak? Saya dengar ada kendala"

"Begini bos, banyak ikan mati karena pakannya bermasalah. Setelah memberi makan salah satu kolam, salah satu pekerja bilang ikan mulai mengapung" pegawai itu membawa Altezza ke tempat kejadian, masih terlihat bekas air yang tercemar, sementara ikannya sudah dibuang.

"Jangan beli di tempat itu lagi. Udah buat mereka tanggung jawab?" Untuk urusan hukuman sepertinya Altezza jauh lebih keras dari Abah.

"B-belum bos, biasanya kalau ada masalah Abah bilang cukup ganti produsennya saja" ucap karyawan itu mengingat Abah.

"Sekarang kan sama saya. Kalau begini kalian juga yang rugi, untung satu kolam, kalau ratusan kolam disini yang kena bagaimana? Gaji kalian dari sana. Saya gamau tau buat laporan secepatnya bentuk ganti rugi pemasok pakan ikan kita, kalau mereka gamau ganti rugi saya bakal bikin perhitungan" penjelasan panjang kali lebar itu dibalas karyawan tersebut dengan anggukan kepala paham.

"Siap bos!" Responnya memberikan postur tubuh hormat.

"Ada masalah lagi?"

"Tidak ada, malahan ada kabar bagus banyak rumah makan yang mengajarkan kerja sama karena kualitas ikan kita yang lebih bagus dari pesaing lain. Jadi banyak rumah makan yang menawarkan kerja sama dengan kita sebagai pemasok ikan untuk mereka"

"Selidiki dulu warung makannya. Tidak peduli kecil atau besar asal bertanggungjawab setujui saja, nanti buat berkasnya anterin kerumah ya pak"

"Baik bos muda"

"Yasudah saya mau mengecek peternakan lain lagi"

Rasa gengsi Altezza mengalahkan bau yang membuatnya mual. Kotoran hadangan atau kerbau sangat tidak bersahabat dengan Altezza. Untung saja disini tidak ada masalah jadi aman, dia hanya membutuhkan waktu sebentar berbincang dengan karyawan disana, baru pergi lagi.

Tulips wedding Where stories live. Discover now