Biasakan vote sebelum membaca.
------
Keesokan paginya, (Name) dan Jaekyung kini tengah sarapan bersama dengan keadaan hening. Tidak ada percakapan apapun selama sarapan, namun ada satu hal yang mengganggu di pikiran (Name).
"Kenapa Tuan Joo memakai jas?"
(Name) membatin sembari menatap Jaekyung yang memakai setelan jas berwarna hitam dengan dasi yang warnanya sama namun bercorak. Tumben sekali Jaekyung berpakaian rapih pagi pagi begini.
"Tuan"
"Hm?"
"Apa Tuan tidak pergi ke gym hari ini?" Tanya (Name) hati-hati. Berusaha untuk tidak menyinggung atau membuat Jaekyung tidak nyaman.
"Aku mengambil izin," jawabnya.
(Name) mengangguk pelan, "oh, begitu.."
"Jangan buatkan makanan, dan jangan menungguku pulang. Jika kau lapar, pesan saja makanan online atau masak di dapur. Tapi jangan membuat dapurku berantakan, paham?"
"Paham, Tuan. Jika saya boleh bertanya.. anda mau pergi kemana? Apa ada semacam bisnis?"
"Ya, aku akan sangat sibuk hari ini. Jadi jangan menungguku pulang," ucap Jaekyung. (Name) hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah sarapan selesai, Jaekyung pergi keluar meninggalkan (Name) sendirian dengan rasa tidak nyaman. Entah mengapa hatinya terus terasa gelisah. Padahal tidak terjadi apa-apa.
"Apa yang harus aku lakukan di penthouse sebesar ini? Aku bosan. Mau berenang juga tidak bisa," ucap (Name) sembari duduk bersandar pada sofa.
(Name) menghela nafas pelan, sebelum tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan telfon dari nomor tidak dikenal. "Siapa ini? Nomor Tuan Joo, kan aku simpan."
Kringgg!!
"Ugh.. angkat saja, deh."
Pip.
"Halo?"
"Halo (Name), ini aku Heesung."
"E-eh?? Tuan Choi?! B-bagaimana bisa anda dapat nomor saya?"
"Hahahaha aku dapat dari Jaekyung, maaf mengagetkanmu. Apa kamu sudah makan siang?"
"Belum, Tuan."