Eldra berdiri di samping ranjang Arkana, sudah setengah jam yang lalu Eldra berada di kamar Arkana. "Abang ayo katanya mau makan di luar." ujar Eldra sesekali mencolok lengan Arkana "Abang, Abang dengar gak sih?"
"Dengar El, Abang dengar dari tadi kamu ngomong." balas Arkana meletakkan ponselnya di atas kasur lalu beralih menatap adiknya.
"Demam kamu aja belum turun, lain kali aja ya makan di luarnya." ucap Arkana setelah menempelkan punggung tangannya di dahi adiknya.
Eldra berdecak kesal mendengar ucapan Arkana. "Apa susahnya tinggal pergi makan, bilang aja gak mau makan sama aku." ucapnya menatap kesal Arkana.
"Bukan gak mau makan sama kamu, tapi kan kamu-nya lagi sakit." jelas Arkana, bukanya tidak mau makan di luar bersama dengan adiknya hanya saja adiknya itu sedang demam, ia tidak ingin membuat adiknya tambah sakit karena pergi makan di luar apa lah di luar sedang hujan.
"Demam gini doang udah biasa Bang." balas Eldra lalu keluar dari kamar Arkana. Eldra pergi ke belakang rumah, di sana dia menemukan sebuah pintu yang dia tidak tahu itu pintu apa.
Eldra melihat ke sekelilingnya tidak ada siapapun di sana yang bisa ia tanya tentang pintu itu, karena penasaran. Ia pun memutuskan untuk membuka pintu itu. "Kaya ada suara orang di sana? Masuk ke dalam gak papa kali ya?" monolog Eldra setelah membuka pintu itu, hingga suara Daniel mengurungkan niat Eldra untuk masuk ke dalam sana.
"Eldra apa yang kamu lakukan di sini?" Daniel berjalan menghampiri anak bungsunya.
Eldra membalikkan tubuhnya menghadap Daniel. "Ini pintu apa? Kenapa di dalam sana gelap? Lampunya mati?'' tanyanya penasaran dengan ruangan apa di dalam sana.
"Di dalam sana cuma gudang tempat barang-barang gak berguna." jawab Daniel lalu mengajak Eldra pergi dari sana. Tempat itu bukan gudang melainkan pintu menuju ke rumah bawah tanah.
"Padahal aku mau lihat ke dalam sana kenapa Daddy malah ajak aku ke sini?" tanya Eldra saat Daniel membawanya pergi ke kamarnya.
"Ini udah malam waktunya tidur, lagian gudang itu kotor." blas Daniel menurunkan anaknya di atas kasur.
"Tapi aku ada denger suara orang dari dalam sana." ujar Eldra menatap Daniel dengan wajah seriusnya. "Ayo kita lihat lagi ke sana siapa tau ada Bibi yang kejebak di sana tadi pas bersih-bersih," ucapnya lalu turun dari atas kasur.
Daniel menahan tangan anaknya sebelum beranjak pergi dari kamarnya. "Gak ada siapapun di sana itu cuma perasaan kamu aja dengar suara orang di sana."
"Daddy mana tahu orang belum lihat ke sana." balas Eldra, samar-samar tadi ia mendengar suara seseorang dari dalam sana, dan suara itu sangat ia kenali. Ia yakin di dalam sana bukan gudang tapi ruangan lain.
"Ruangan itu hanya gudang, siapa yang pergi ke gudang malam-malam seperti ini? Ini udah malam waktunya orang tidur bukannya kerja, jadi gak ada siapapun di sana." jelas Daniel, berharap anaknya tidak lagi membahas ruangan itu lagi.
"Tapi aku dengar suara Ibu dari ruangan itu." gumam Eldra yang masih terdengar jelas oleh Daniel.
"Mommy ada di kamar sebentar lagi kesini." ucap Daniel mengusap rambut anaknya.
"Sana Daddy keluar aku mau tidur." Eldra membaringkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"El, kau bisa sesak napas kalau tidur gitu." pringat Daniel lalu membuka selimut anaknya yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Udah sana Daddy keluar! Aku masih marah ya soal tadi." balas Eldra menepis tangan Daniel.
"Daddy minta maaf soal tadi pagi."
"Aku belum mau maafin Daddy, udah sana keluar jangan ganggu aku mau tidur. Tambah pusing nih kepala aku gara-gara Daddy." ucap Eldra menatap Daniel dengan kesal.
"Ayo ke rumah sakit." ajak Daniel, sejak tadi ia sudah meminta anaknya untuk pergi ke rumah sakit tapi anaknya terus saja menolak, anaknya bilang hanya demam bias nanti juga sembuh sendiri.
"Sayang ayo minum obat dulu." ucap Tasya yang baru saja masuk ke dalam kamar anak bungsunya.
"Mommy udah ke sini sana Daddy keluar."
Tasya berjalan mendekati ranjang anaknya "Kenapa hmm? Masih pusing?" tanyanya dengan lembut.
Eldra menganggukkan kepalanya. "Gara-gara Daddy dari tadi aku jadi tambah pusing." adunya sambil menujuk Daniel yang berdiri di dekat Tasya.
"Aku mau panggil dokter datang ke rumah." ucap Daniel lalu keluar dari kamar anaknya.
"Gak usah panggil siap-siap ke sini aku gak mau, apa lagi dokter " ucap Eldra turun dari kasur lalu berlari keluar mengejar Daniel. "Daddy jangan panggil dokter aku gak mau." ucapnya menahan tangan Daniel sebelum Daniel benar-benar menghubungi dokter untuk datang ke manison.
"Kalau begitu ayo pergi ke rumah sakit." ujar Daniel
"Gak, aku gak mau pergi ke rumah saki." tolak Eldra berusaha melepaskan tangan Daniel.
"Diam El!" peringat Daniel dengan nada sedikit membentak. Seketika itu juga Eldra terdiam, dia tidak lagi memberontak membuat Daniel melepaskan tangannya.
"Ada apa?" tanya Tasya menghampiri anak dan suaminya.
"Daddy gak maksud bentak kamu, ini semua untuk kebaikan kamu sendiri." ucap Daniel merasa bersalah tadi membentak anaknya.
"Kalau gak mau pergi ke rumah sakit gak masalah kita panggil dokter ke sini." imbuh Tasya mengajak anaknya untuk duduk di ruang keluarga.
"Aku gak mau dua-duanya." lirih Eldra.
"Demam kamu gak turun dari tadi, kamu juga gak mau di suruh istirahat." ucap Tasya, sejak tadi anaknya tidak mau istirahat ada saja alasannya ketika dirinya memintanya untuk istirahat, ia juga sudah memberikan obat penurun panas untuk anaknya tapi tidak ada perubahan panasnya tetap sama.
Eldra hanya diam menundukkan kepalanya, bukannya ia tidak mau istirahat hanya saja setiap kali dirinya mulai terlelap, mimpi buruknya itu selalu mengganggu tidurnya, mimpi di mana saat dulu Dian menghajar dirinya, saat orang-orang di sekitarnya hanya mentertawakan dirinya tidak ada satupun dari mereka yang menolong dirinya. Hampir setiap malam mimpi buruk itu sering kali mengganggu tidurnya dan di saat itu dirinya tidak bisa kembali tidur.
"El, kenpa? kepala mu sakit lagi?" tanya Daniel mengusap rambut anaknya, menarik tubuh anaknya masuk ke dalam pelukannya "Kenapa hmm?"
"Kita gak akan maksa kalau gak mau pergi ke rumah sakit, tapi harus tidur." ujar Tasya mencium pipi anaknya.
"Mau sama Mommy." ucap Eldra melepas pelukannya pada Daniel.
Eldra beralih duduk di dekat Tasya, memeluk Mommy-nya dari samping, Daniel segera menghubungi dokter untuk datang ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDRA
Teen Fiction( DI TERBITKAN, TERSEDIA DI SHOPPE FIRAZ MEDIA.) PART MASIH LENGKAP. Eldra pemuda berusia 14 tahun dia hanya tinggal bersama dengan sang ibu, dia yang sejak kecil mendapatkan kekerasan secara fisik dari ibunya. Membuatnya memiliki trauma yang mendal...