Tasya baru saja kembali dari kantin rumah sakit. Dia mendekati ranjang Arkana, mengusap kepala anaknya dengan lembut tanpa sengaja dia melihat bercak darah di lantai dan tisu bernoda darah di atas meja dekat ranjang Arkana.
"Arkana," panggil Tasya menepuk-nepuk pipi anaknya. Arkana membuka matanya menatap Tasya. "Darah siapa yang ada di sini? Kamu jatuh atau kenapa tadi?" tanya Tasya segera memanggil dokter untuk memeriksa anaknya.
Tak berselang lama dokter datang ke ruang rawat Arkana. "Dokter tolong priksa Arkana." pinta Tasya dengan raut wajah khawatir.
"Saya baru saja memeriksanya, Arkana baik-baik saja." jawab dokter. Memang dokter baru saja memeriksa Arkana saat Tasya belum kembali dari kantin.
"Lalu darah siapa ini? Ada bercak darah di lantai dan juga tisu ini." ucap Tasya menujuk tisu di atas meja.
"Saat saya datang juga sudah ada bercak darah di sini. saya sudah meminta petugas kebersihan untuk membersihkan bercak darah, sebentar lagi mereka datang untuk membersihkan ini. Tapi anda tidak perlu khawatir, Arkana baik-baik saja." jelas dokter.
"Darah? Berati aku gak salah liat tadi, Eldra kenapa?" batin Arkana mengingat tadi saat samar-samar ia melihat darah yang keluar dari hidung adiknya. Ketika pandangannya belum begitu jelas anak itu sudah pergi keluar dari kamar rawatnya.
"Tolong priksa anak ku sekali lagi, pastikan anak ku baik-baik saja." mohon Tasya ia hanya khawatir jika bercak darah itu milik Arkana. Dokter itu menurut permainan Tasya, dokter memeriksa kembali Arkana setelah memastikan pasiennya baik-baik saja dokter pun pamit untuk memeriksa pasiennya yang lain.
Tasya duduk di kursi yang ada di sana, menggenggam tangan anaknya. "Tadi ada yang datang ke sini pas Mommy pergi?" tanya Tasya tersenyum lembut pada anaknya. Jika bukan darah Arkana itu artinya ada yang datang ke ruang rawat Arkana saat dirinya tidak ada.
"Eldra." ucap Arkana tanpa suara, hanya dengan gerakan bibirnya saja.
"Eldra? adikmu baru saja dari sini?"
Arkana mengangguk kecil. "Eldra kenpa?" tanya Arkana lagi. Tasya tidak menjawab pertanyaan Arkana, Ia mengingat di mana saat ia memarahi anak bungsunya sejak saat itu ia tidak lagi melihat Eldra lagi.
"Sebenarnya apa yang sedang mereka sembunyiin dari aku? El kamu baik-baik aja kan?" batin Arkana ia kesal dengan dirinya sendiri kenpa di saat seperti ini dirinya harus terbaring di rumah sakit, tidak bisa apa-apa, tidak bisa memastikan adiknya baik-baik.
"Balik ke sini El, Abang mau liat kalau kamu baik-baik aja. Berengsek. Lo berengsek Arkana kenapa lo sepayah ini di saat adek lo butuh lo berengsek!" maki Arkana pada dirinya sendiri. Ia berharap Eldra kembali datang kerumah sakit, agar dirinya bisa melihat jika adiknya baik-baik saja.
............
Daniel berada di sekolah Eldra, dia datang sedikit terlambat dari biasanya menjemput Eldra. Dia datang di saat anak-anak sekolah sudah bubar dan tinggal beberapa murid saja yang belum pulang.
Daniel menghapri salah satu teman Eldra yang kebetulan sekali dia baru saja keluar dari sekolah.
"Brian, kamu gak bareng Eldra?" tanya Daniel menghampirinya Brian.
"Eldra gak masuk sekolah Om," jawab Brian apa adanya. Memang sudah berberapa hari ini Eldra tidak terlihat di sekolah.
"Maksudmu?"
"Lah kok nanya maksudnya Om. Kan Om Daddy-nya kenapa malah nanya aku, harusnya aku yang nanya, El gak masuk sekolah berberapa hari ini kenapa Om?" ucap Brian menatap Daniel.
"Eldra udah beberapa hari ini gak masuk sekolah. Kita chat dia juga gak pernah di balas, Eldra gak sakit kan Om?" Sahut Aldo yang baru saja keluar dari sekolah, sekilas mendengar percakapan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDRA
Teen Fiction( DI TERBITKAN, TERSEDIA DI SHOPPE FIRAZ MEDIA.) PART MASIH LENGKAP. Eldra pemuda berusia 14 tahun dia hanya tinggal bersama dengan sang ibu, dia yang sejak kecil mendapatkan kekerasan secara fisik dari ibunya. Membuatnya memiliki trauma yang mendal...