Suasana pagi ini tidak seperti biasanya, mereka semua sarapan dengan diam tidak seperti biasanya mereka akan sedikit mengobrol sebelum sarapan bersama tapi pagi ini tidak ada obrolan sedikitpun, setelah sarapan mereka pun pergi ke tempat tujuannya masing-masing.
Hari ini Daniel mengizinkan Eldra pergi ke sekolah untuk yang terakhir kalinya, sebenarnya Daniel tidak ingin mengizinkan anaknya pergi ke sekolah tapi Eldra terus memaksanya, dengan terpaksa Daniel mengizinkan Eldra pergi ke sekolah dan hari ini hari terakhir anak itu pergi ke sekolah.
Eldra berangkat sekolah di antar oleh sopir pribadinya. Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah Eldra hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari sekolah hari ini, ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan kali ini, karena hanya hari ini ia bisa keluar dari mansion.
"Tuan muda kita sudah sampai." suara sang sopir menyadarkan lamunan Eldra.
"Terima kasih Pak." ucap Eldra lalu turun dari mobil.
"El" panggil Zainal yang baru saja turun dari mobil. Zainal berjalan menghampiri Eldra lalu merangkul sahabatnya.
"Tumben baru datang? Biasanya jam segini udah di dalam kelasa." ucap Zainal sambil berjalan menuju ke kelas mereka.
"Gue kesiangan tadi." jawab Eldra tersenyum tipis pada Zainal.
Zainal mengangguk kecil. "Lo udah ngerjain PR belum? Kalau udah gue mau nyontek lo, soalnya gue masih kurang dikit lagi belum selesai"
"PR apa? Emang kita ada PR?" tanya Eldra melepas tangan Zainal.
"Ada pr IPA dua hari yang lalu lo lupa? hari ini di kumpulin." balas Zainal duduk di kursi meja belajarnya.
"Oh, PR itu udah dong, gue udah selesai ngerjainnya." ujar Eldra lalu mengeluarkan buku IPA nya.
"Nih kalau mau nyontek buruan jangan kelamaan bentar lagi masuk." sambungnya lagi memberikan buku pelajaran pada Zainal.
"Lo emang terbaik." balas Zainal memberi dua jempol pada Eldra.
"El lo di panggil guru tuh katanya suruh ke kantor sekarang." ujar salah satu teman kelas Eldra yang baru saja masuk ke kelas.
"Guru siap yang manggil?" tanya Eldra bangun dari duduknya.
"Ya siapa lagi yang suka nyari lo kalau bukan wali kelas kita." sahut Zainal karena memang wali kelasnya sering memanggil Eldra ke ruangannya, entah apa yang mereka bahasa hampir setiap hari guru itu memanggil Eldra.
Tanpa bertanya lagi Eldra segera pergi untuk menemui gurunya di ruangannya. Baru saja Eldra ingin mengetuk pintu, gurunya sudah lebih dulu membukakan pintu untuknya. "Masuk" ucapnya.
"Bagaimana kau sudah membawa apa yang ku minta?" tanya guru itu setelah Eldra masuk ke dalam ruangannya.
"Aku belum sempat mengambilnya." jawab Eldra menundukkan kepalanya.
Guru itu mendekati Eldra lalu menapar Eldra dengan keras.
Plak
Plak
Dua kali tamparn di berikan guru itu pada Eldra. Guru itu mencengkram kedua pipi Eldra dengan kuat. "Hari ini juga kau harus mendapatkan apa yang kita inginkan atau kau yang akan ku habisi." ancamannya.
"Aku akan mengambilnya setelah selesai sekolah." Eldra berusaha melepaskan cengkraman tangan gurunya.
"Tidak perlu menunggu nanti. Sekarang juga kau ambil benda itu." ucap guru itu lalu menarik tangan Eldra membawanya keluar dari ruangannya.
Guru itu menghentikan taksi yang kebetulan sekali lewat depan sekolah. "Antarkan dia sampai tujuan." ucap guru itu memberikan sejumlah uang pada sopir taksi.
"Jika kau tidak membawa apa yang ku minta hari ini. Keluarga mu akan ku habisi hari ini juga." bisiknya pada Eldra.
"Aku tidak main-main dengan apa yang ku katakan barusan. Kalau paham!" ucapnya menatap tajam Eldra.
Eldra menganggukkan kepalanya. "Bagus itu baru anak pintar. Jalan antarkan anak ini sampai tujuan dan jangan lupa bawa anak ini kembali ke sini kamu mengerti." ucapnya pada sopir taksi.
"Baik Pak." patuh pria lalu segera mengantarkan Eldra ke tempat yang di tuju oleh anak itu.
............
"Obat apa ini." monolog Tasya saat sedang membersihkan kamar anak bungsunya ia menemukan sebuah tabung kecil berisi obat di dalam laci.
Tasya membuka tabungan obat itu, mengeluarkan isinya "Dari mana Eldra mendapatkan obat ini?" gumam Tasya segera keluar dari kamar Eldra. Menghapri suaminya yang sedang duduk di ruang keluarga.
Tasya duduk di sebelah Daniel lalu mengeluarkan tabung obat yang di temukannya di kamar Eldra. "Aku menemukan obat ini di kamar Eldra. Sepertinya obat tidur kamu tahu dia dapat dari mana?"
Daniele mengabil obat itu dari tangan istrinya "Sejak kapan dia meminum obat ini?" ucap Daniel mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
"Ada apa?" tanya Ayas yang baru saja bergabung di ruang keluarga.
"Adikmu-"
"Ada apa lagi dengan Eldra? Dia menemui wanita itu?" sela Ayas menatap Tasya.
"Selama ini adikmu menggunakan obat tidur dan kita semua gak ada yang tahu. Kita terlalu sibuk sampai-sampai gak tahu apapun tentang Eldra." ucap Tasya. Mungkin karena dirinya yang kurang memperhatikan Eldra sampai anak itu memilih menggunakan obat tidur selama ini.
"Aku jemput dia sekarang ke sekolah." ucap Ayas lalu mengabil kunci mobil Daniel di atas meja.
"Enggak perlu, kamu pergi saja ke kampus" cegah Daniel karena Arkana berada di sekolah Eldra. Arakan sengaja menunggu Eldra di sekolahnya karena dia yakin ada yang di sembunyikan adiknya dari keluargaku.
"Tapi Dad-"
"Enggak ada tapi-tapian pergi ke kampus sekarang." tegas Daniel lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Jangan bicarakan apapun mengenai Eldra sekarang, ada yang sedang mendengarkan pembicaraan kita." bisik Daniel pada Tasya.
Tasya melihat sekeliling ruang keluarga di sana ada maid yang sedang bebersih. "Aku akan melanjutkan membersihkan kamar Eldra, kayanya ada banyak barang-barang dia yang udah gak bisa di pakai lagi." ucap Tasya lalu segera pergi dari sana.
Sementara itu Arkana sejak tadi mengikuti taksi yang di tumpangi Eldra. Taksi itu berarti sebuah bangunan kosong yang sudah lapuk terlihat Eldra turun dari taksi itu dan masuk ke dalam bangunan itu.
"Apa yang Eldra lakukan di tempat seperti ini?" gumam Arkana lalu turun dari mobilnya berjalan mendekati bangunan tua itu.
Arakan diam-diam masuk ke dalam sana, di balik dinding ia melihat adiknya sedang bertemu dengan seorang pria yang seusia Daddy-nya "Siap dia?" monolog Arkana memperhatikan adiknya yang sedang berbicara dengan pria itu.
"Akhirnya kau datang juga aku sudah menunggu mu cukup lama." ucap pria itu lalu memberikan sebuah bingkisan pada Eldra.
Eldra menerima bingkisan itu lalu menyimpannya di dalam tas sekolahnya "Aku gak punya waktu banyak mana barang yang kamu janjikan." ucap Eldra karena tujuannya datang bukan hanya untuk mengambil obat terlarang saja benda lainnya juga yang harus di ambil.
"Katakan padanya waktunya hanya tiga hari." ucap pria itu lalu memberikan sebuah pistol pada Eldra dan juga sembuh foto yang akan menjadi target mereka kalin ini.
"Orang yang ada di foto ini yang harus di bunuh dalam waktu tiga hari jika tidak kalian yang akan mati." ucap pria itu menepuk pundak Eldra.
"Katakan pada ibu mu aku menunggunya." sambungnya lagi.
Pria itu mendekat dirinya pada Eldra "Tempat ini akan meledak dalam waktu lima menit cepatlah keluar dan selesaikan tugas mu." bisiknya pada Eldra.
Tidak membuang waktu lagi Eldra segera keluar dari tempat itu dan saat Eldra baru saja masuk ke dalam mobil tempat itu pun meledak dan langsung hancur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDRA
Teen Fiction( DI TERBITKAN, TERSEDIA DI SHOPPE FIRAZ MEDIA.) PART MASIH LENGKAP. Eldra pemuda berusia 14 tahun dia hanya tinggal bersama dengan sang ibu, dia yang sejak kecil mendapatkan kekerasan secara fisik dari ibunya. Membuatnya memiliki trauma yang mendal...