Chapt. 12

384 20 0
                                    

Hoyy, sedang apa kau di sanaaa? Ya, jelas lagi bacalah, yaa.

Oke dah, ayo votmentnya manaa??

==========================================




"Gue dijodohin," cicit Aiden dengan tatapan yang mulai kosong. Tatapan itu kembali seperti ia dua hari yang lalu. Ketika ia pulang dari pondok pesantren kakeknya.

Seketika dalam ruangan yang sunyi nan sepi itu mendadak menjadi ramai dengan teriakan histeris, terkejut, dan tak menyangka. Semua, terkecuali Jessie dan Varess yang masih tertidur pulas di lantai.

Ravend merasa tak yakin, ia berkali-kali menggeleng hingga mencoba memastikan. "Lo ... beneran ngga, nih? Jangan-jangan lo nipu kita? Bilangnya dijodohin tahu-tahu nikah ngga ngenalin calon," ucap Ravend.

Aiden berusaha untuk memastikan temannya, meskipun ia sendiri masih belum yakin. "Gue juga ngga tahu, tapi ntah kenapa gue berharapnya ini bohongan," harapnya. "Ultah gue kapan, sih?" tanyanya setelah ia berharap.

"Ya, mana gue tahu! Lo yang lahir, ngapa gue yang harus inget tanggal lahir lu!" Ravend menoyor jidat Aiden yang masih terasa pusing.

Sang pemimpin itu segera melirik Ravend dengan tatapan yang mematikan, seakan detik ini juga ia akan menyiksa Ravend habis-habisan. "Gue serius."

"Lah? Gue juga serius, Den. Kan, lo yang lahir, ngapa lo yang nanya ke gue? Bahkan tanggal lahir gue aja gue ngga ingat pasti," belanya.

Hening sesaat. Aiden bahkan hampir lupa ingin bercerita selanjutnya.

"Ekhem, iya ini gue serius. Lanjut, dong, Den. Gue penasaran siapa cewek yang dijodohin sama lo, jangan-jangan mantan gue lagi."

Ctak!

"Kalau dia mantan lo, udah gue tolak perjodohan ini mentah-mentah. Udah gue buang ke Antartika!"

Ravend sempat mengadu, kemudian berkata kembali. "Kenapa? Gitu-gitu mantan gue cakep, Den. Cantik, semok bahenol."

"Ngomong lagi gue lakban mulut lo 100 lapis!"

"Kejam!"

Begitulah keduanya asik berdebat hingga tak sadar bahwa cewek-cewek yang ada di sekitar mereka mulai sadar dan terbangun dari tidurnya. Mereka menatap Aiden dan Ravend penuh heran. Entah hal apa yang mereka perdebatkan.

"Woe, bisa diem, ngga!" teriak Varess dengan mata yang masih terpejam.

Sontak kedua lelaki itu menoleh. Aiden dengan lirikan maut ke arah Ravend dan Ravend yang tanpa bersalahnya tersenyum kikuk takut diserang Aiden.

"Ekhem," Ravend berdeham. Kemudian, ia berjalan menuju  ke arah Varess dan Hazell yang nampak masih setengah sadar dengan raga yang enggan bangun.

"Oy, oy. Gue punya kabar gembira. Tapi, lo pada bangun dulu, dong. Yang bangun duluan ditraktir seblak," ujar Ravend sembari menepuk pipi kedua teman ceweknya itu. "Sama Aiden tapi, gue mah bokek," lanjutnya.

Sontak, Aiden yang merasa dipanggil namanya langsung melotot tajam pada Ravend. Meskipun tatapan itu dibalas cengiran tak berdosa. Tak segan-segan, bahkan Aiden saking geramnya ia melempar sebuah roti tawar utuh ke muka mulus Ravend.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now