Chapt 17

249 9 0
                                    

Hollaaa
Gimana kabar kalian? Baik aja, kan?

Jujur, aku bingung mau ngasih sambutan apa tiap up gini.
Intinya kalian baca ajalah, yaa.

Jangan lupa vote dan komennya.
Follow juga Wattpad Matchaa
Mau follow IG? Boleh. @ve.matchaley
Linknya ada di bio Wattpad, yaa

==========================================

Sempat terdiam beberapa saat. Aiden yang cukup peka lantas kembali bercerita mengenai orang bernama Daksa itu. Sebenarnya, ia tak begitu dekat dengan Daksa, dan ia juga tak ingin mencari tahu lebih tentang Daksa.

"Hadeuh. Gini dah, gue cerita." Aiden memposisikan duduknya. Ravend beralih untuk duduk di lantai, sementara Aiden duduk di atas ranjang rumah sakit.

Seketika itu juga, semuanya mendekat dan siap mendengarkan cerita Aiden. Kalau kata Varess, Aiden kalau cerita udah kayak kakek-kakek. Nyaman dan enak didengar, ngga heran lagi nanti kalau ada yang ketiduran.

Aiden melihat satu persatu temannya, kemudian menoleh ke arah jendela, memastikan tidak ada orang yang tahu. Sementara Ravend yang membaca gerak-gerik Aiden segera menutup kaca jendela dengan gorden dan mengunci pintunya dari dalam.

"Nah, mulai!" seru Ravend. "Jel, ambil semangka di sana! Jess, ambil keripik pisang! Varess, lo ambil napas aja dulu sementara," perintah Ravend seenak jidatnya.

Ketika nama yang disebut langsung memberikan tatapan sinisnya ke arah Ravend. Sedangkan yang ditatap hanya nyengir tak berdosa.

"Jadi, gini ...." Aiden akan mulai bercerita.

Hazell yang baru saja menggigit sepotong semangka semakin mendekat ke arah Aiden. "Apa, apa? Ayo, dong. Gue penasaran juga."

"Bukannya lo udah tahu si Daksa? Ngapain penasaran?" tanya Ravend.

"Yeu, gue mah cuma kenal doang, itupun gegara kena masalah. Nggak sampai tukeran nomor juga kali!" jawab Hazell.

"Udah, lanjut, Den!" suruh Varess.

"Gue sama Hazell satu sekolah pas SMA–"

"Iya, gue udah tahu. Tadi lo ngomong gitu," sambar Ravend sebelum mendengarkan penuh cerita Aiden.

"Diem lo cungkilan pantat babi!" Marah Varess melempar lap makan ke muka Ravend.

Namun, tak ditanggapi oleh Ravend. Ia malas jika harus ribut lagi. Yang ada, akan menjadi tontonan temannya dan tak mendengar cerita Aiden.

"Dengerin dulu," ujar Aiden.

Mereka pun kembali menyimak. Tak ada yang menyela dan berbicara. Fokus dan mencermati.

"Gue waktu satu sekolah sama Hazell, gue nggak kenal si Daksa. Seperti yang gue ceritakan, gue pertama kenal waktu dia salah beli jus. Dan kita tukeran nomor, kan?" Cerita Aiden.

Semuanya mengangguk dan kompak membalas, "terus, terus?"

"Terus beberapa minggu kemudian, dia kena masalah," sambung Aiden.

"Lah? Dia anak berandal emang? Nggak heran lagi, sih, temannya Elang," ucap Varess.

Aiden menggeleng, tak membenarkan ucapan Varess. "Nggak, dia nggak berandal. Yaa, walaupun sedikit keras kepala. Dia kena masalah itu, menyangkut soal Hazell," kata Aiden melirik Hazell.

Yang dilirik hanya mengangguk. "Bener. Nah, kalau gue kenal si Daksa gegara itu, mulai dari situ. Tapi, setelah kelar masalahnya, ya, gue nggak tahu gimana kabarnya."

"Dulu, Hazell sempat jadi perbincangan hangat di sekolah. Hazell dituduh hamil karena dia di kamar mandi nemuin tespek dengan garis positif. Padahal yang ada di kamar mandi nggak cuma dia," lanjut Aiden. "Zel, coba ceritakan dulu kronologinya."

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now