Chapt. 14

393 22 0
                                    

Haii, Chaenss!!
Seperti biasaa, jangan lupa vote, komen, dan follow, oke?

Yukk, bacaa

==========================================





Keesokan paginya. Aiden masih belum juga bangun. Tidak hanya ketua ZxVorst itu saja. Melainkan semua orang yang ada di ruangan Aiden itu masih tertidur pulas. Entah mereka sedang bermimpi apa.

Suara ketukan pintu terdengar sayup-sayup. Orang yang pertama kali mendengarnya adalah Hazell. Jelas karena Hazell baru saja tidur kembali setelah ia buang air kecil di kamar mandi.

Suara ketukan pintu itu tak berhenti. Membuat Hazell mau tak mau harus bangkit dari tempatnya rebahan. Meski dengan mata yang mengantuk dan rambut yang berantakan.

"Ya? Siapa?" tanya Hazell ketika sampai di belakang pintu.

Seseorang yang mengetuk pintu itu berhenti. Namun, ia tak menjawab. Bahkan, Hazell sempat ragu untuk membuka pintunya. Ia masih berdiri di sana, menyandarkan kepalanya di pintu ruangan.

Hingga beberapa detik berlalu. Suara ketukan pintu itu tak lagi terdengar. Karena rasa penasarannya, Hazell pun membuka pintunya. Awalnya ia masih belum ngeh, hingga pada akhirnya matanya mendelik lebar.

"Weh, siapa yang ngetuk pintu tadi!" teriaknya setelah tak mendapati seseorang di sana. Bahkan, ketika ia melirik koridor rumah sakit di situ pun tak ia temukan batang hidung seseorang.

Merinding dibuatnya. Hazell masuk lagi ke dalam dengan mengunci pintunya. Hal yang tadinya ia pikir adalah suster yang mengantar makanan, kini ia tepis jauh. Melihat bahwa jam masih menunjukkan pukul 3 dini hari.

Kaki Hazell terasa begitu lemas. Ia masih mengantuk, namun harus merasakan kejanggalan ini terjadi. Kepalang tanggung ia hendak tidur, sebentar lagi pasti ada perawat yang datang.

Memilih untuk mengabaikan kejadian yang baru saja terjadi. Hazell kembali rebahan di samping Varess. Matanya tak bisa terpejam lagi, meskipun rasa kantuknya masih sangat berat.

Saat mencoba memejamkan matanya, suara ketukan pintu kembali terdengar. Hazell sudah cukup malas. Namun, kian dibiarkan suara itu kian mengeras. Alhasil Hazell pun beranjak lagi untuk membuka pintunya.

Kali ini yang ia temukan tak hanya angin berlalu. Namun, benar-benar ada wujudnya. Hazell tak terkejut, hanya sedikit kaget ketika melihat siapa yang datang.

"Digedor dari tadi ngga ada yang buka! Ngorok lo semua!" omel Rain yang datang dengan beberapa kantung keresek.

Hazell hanya bisa nyengir. "Gue pikir hantu, Jan. Tadi gue udah mau bukain, tapi masih was-was. Lagian lo kagak teriak atau manggil gitu. Ya, gue mana tahu."

Masa bodo dengan alasan yang diberikan oleh Hazell. Rain masuk dengan membawa bawaannya ke dalam. Meletakkan kantung-kantung itu di atas meja. Kemudian berkaca.

"Lo belum mandi aja sok-sokan ngaca. Belek lo masih kelihatan tuh!" komentar Hazell menahan tawanya.

"Bekicot lo, Zell. Sini, bantuin gue," suruh Rain.

Dasarnya memang Hazell si pemalas. Ia enggan untuk membantu. Dirinya lebih memilih untuk rebahan kembali dan memejamkan matanya. Memeluk kaki Ravend dengan erat.

Hi, We Are ZxVorst Team Where stories live. Discover now