Kepergian

403 56 10
                                    

Pukul 06.00 pagi di kediaman Malik mulai ramai para pelayat yang berdatangan. Adik laki-laki Malik satu-satunya, Danang yang dalam beberapa waktu terakhir ini dirawat di rumah sakit jiwa menghembuskan nafas terakhirnya malam tadi. Kondisi Danang yang mengalami kecanduan alkohol sebenarnya mulai membaik. Apalagi sejak dipindahkan ke RSJ yang berada di Jakarta, kondisinya membaik secara signifikan. Namun kemarin sore, Danang kembali bertingkah. Rasa kecanduan dan kerinduannya pada minuman keras itu kembali muncul. Ia mengamuk sampe harus diamankan petugas rumah sakit jiwa tempat ia dirawat. Akibat gelap mata, Danang terus memberontak dan akhirnya terlepas dari halauan para petugas RSJ tersebut. Danang jatuh ke lantai dan kepalanya menghantam permukaan terlebih dahulu. Ia lalu tak sadarkan diri. Saat itu pihak RSJ langsung merujuk Danang ke rumah sakit yang lebih besar dan memiliki peralatan yang lebih lengkap. Malang tak dapat ditolak, beberapa jam setelah dirawat di Rumah sakit rujukan tersebut, Danang pergi meninggalkan semuanya tanpa sempat sadar sekalipun.

Terjadi pecah pembuluh darah di otaknya yang tidak dapat diselamatkan lagi. Hal itu menjadi penyebab kematian Danang. Ia pergi begitu saja tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun kepada keluarganya. Termasuk Malik yang baru saja dikasih tahu tentang kondisi adiknya itu saat Danang memasuki masa kritisnya.

Semua anak-anak Akinda langsung berangkat ke rumah Sakit begitu mendapat informasi duka tersebut dari Malik. Mereka turut merasa kehilangan dan ikut sedih melihat Malik harus kehilangan Danang. Meskipun Malik terlihat tidak begitu peduli pada adik laki-lakinya itu, semuanya tau bagaimana Malik menyayangi Danang dan bekerja mati-matian hanya untuk bisa membebaskan Danang dari kecanduan alkoholnya itu.

Sejak di rumah sakit, Malik hanya diam dan sesekali menyeka air matanya. Ia masih sulit diajak bicara. Malik terus memeluk Sabrina, adik bungsunya. Sementara ibunya sudah 2 kali pingsan di rumah sakit. Kepergian Danang benar-benar mendadak. Tidak ada yang menyangka ia akan pergi dengan cara seperti ini. Tidak ada yang bisa disalahkan, semuanya sudah menjadi ketetapan Tuhan.

"Non, bawa rokok nggak lo?" bisik Ochi ke Vernon yang duduk disebelahnya. Jenazah Danang lagi dimandiin. Anak-anak Akinda cuma bisa nunggu di luar.

Mata Vernon membulat, kok Ochi bisa tau dia ngerokok? Padahal waktu itu kayaknya dia udah buru-buru matiin rokoknya deh.

"kok lo tau bang?" tanyanya kaget

Ochi tersenyum masam, "gue sering liat lo ngerokok di balkon nyet" katanya.

Vernon hanya bisa menarik napas kesal dan memaki dirinya sendiri. Dia lupa, kamarnya sama Ochi sebelahan. Jadi udah pasti kalo Vernon ngerokok di balkon belakang kamarnya, Ochi bisa liat. Huf.

"bawa sih, tapi tinggal 3 nih"

"yaudah nyebat yuk di parkiran. Gue udah suntuk banget nih, dari semalem nggak tidur"

Vernon mengiyakan ajakan Ochi dan mereka berdua langsung kabur ke parkiran motor yang nggak jauh dari pagar depan rumah Malik. Wartawan – wartawan juga udah pada datang pas Ochi sama Vernon mengambil tempat buat ngudut di parkiran motor.

Kedua penghuni Akinda ini lalu membakar dan menghisap rokoknya masing-masing dalam diam. Ada perasaan aneh yang mereka berdua nggak familiar rasanya. Apa ini yang namanya kehilangan? mereka nggak merasa dekat-dekat banget sama Danang tapi entah kenapa rasanya hancur banget liat Malik semenyedihkan itu keadaannya. Apalagi liat ibunya Malik yang pingsan setiap ngeliat jenazahnya Danang. Sedih banget mereka tuh. Kayaknya terakhir kali merasakan hal kayak gini waktu maminya Wisnu yang meninggal.

"woi! Nyebat lo pada?"

Tiba-tiba Syahrez udah ada aja di parkiran motor nyamperin Ochi sama Vernon yang lagi merenung.

Vernon buru-buru mau matiin rokoknya tapi ditahan sama si babeh.

"udah! Ngerokok aja deh lo, gue udah tahu"

Team AkindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang