17

1.2K 135 12
                                    

Setelah kejadian tadi Jisung selalu merutuki dirinya sendiri dengan sikap kekanakan yang tiba-tiba saja keluar dari dalam dirinya.
Jisung memang seseorang yang mudah merajuk bahkan cengeng saat sakit,, dia akui itu.

Dan satu-satu nya orang yang mengerti dengan salah satu sikapnya ini hanyalah Hendry.

Hendry pernah merawat dan menjaganya di rumah sakit saat Jisung jatuh dari motor saat balapan.

Tidak ada yang tahu kejadian malam itu, bahkan Ten dan Lucas sekalipun.

Semua itu karna Jisung sendiri yang melarang Hendry memberi tahu mereka, dalam pikirannya bisa saja Ten dan Lucas akan menghajar Hendry habis habisan karna membiarkan Jisung turun ke arena malam itu dan berakhir mereka yang akan melarangnya turun arena, berujung tidak akan ada lagi balapan untuk Jisung.

Jisung mengusap rambut kepalanya kasar lalu menenggelamkan wajahnya di bantal miliknya.

"Gue tadi kesambet apaan sih"gumam Jisung pelan kemudian memukul-mukul bantal disampingnya.

Saat ini Jisung berada di dalam kamarnya di markas.

Bukan tanpa alasan Jisung meminta kamar untuk dirinya sendiri di markas ini,, membayangkan dirinya tidur bersama dengan orang seperti Mark, Jeno, Haechan, dan juga Jaemin saja sudah membuatnya merinding.

Dia akan merasa lebih aman bila Renjun atau Chenle yang menemani nya tidur mungkin karna mereka sekarang lumayan lebih dekat.

Clinggg

Suara pesan masuk pada handphone Jisung mengalihkan kegiatannya memukuli bantal.

"Siapa yang chat gue malem-malem? Bang Hendry apa yaa?"monolog Jisung lalu berjalan menuju meja belajar tempat dia meletakkan handphone nya.

Jisung mengambil ponselnya lalu membuka pesan apa yang masuk.

Seketika raut wajah Jisung berubah menjadi datar.
______________________________________

+628xxxxxxxxxxx

Kau pikir akan semudah itu lari dari hukumanmu, anak sialan.

______________________________________

Jisung tau sekarang siapa yang mengirim pesan itu padanya, dengan malas Jisung memblokir nomer tersebut lalu meletakan kembali ponselnya.

"Aku tidak akan pernah takut dengan mereka, tapii semua akan makin sulit jika aku melawan mereka sekarang"ucap Jisung lalu kembali melangkahkan kakinya menuju jendela yang terbuka dengan pemandangan langit malam.

"Ayah Bunda,, Jisung janji akan lindungi semua kenangan kita, Jisung janji akan merebut semua yang sudah para sialan itu ambil dari kita"ucap Jisung pelan kemudian memejamkan matanya saat merasakan kelopak matanya memanas oleh airmata.

Anak mana yang rela bila kenangan milik orang tua nya direnggut secara tidak adil oleh orang lain.

Bukan karna Jisung naif atau apapun itu,, rasa ingin menghabisi ibu tiri nya sangatlah besar sampai membuatnya frustasi tapi Jisung juga sadar bila dia melakukan itu dan ia akan berakhir masuk kedalam penjara,, lalu siapa lagi yang akan merawat serta menjaga rumah peninggalan itu.
Yang ada rumah itu akan menjadi barang sita oleh para polisi.

"Tunggu sampai Jisung mampu merebut semua dengan tangan Jisung sendiri ya Ayah Bunda hiks hiks"ucap nya lagi sambil menghapus air mata yang sudah mengalir di pipinya.

Malam panjang Jisung lalui dengan belajar.
Mencoba mengalihkan rasa gelisah dalam dirinya.

Ia harus bisa mengejar mimpi dan mewujudkan ambisi nya.

ParkJisung2Où les histoires vivent. Découvrez maintenant