Empat - Hari kedua

265 46 27
                                    

Angin pagi berembus sepoi-sepoi, Seonghwa menghirup udara yang begitu menyegarkan, kedua tangannya sibuk mengusak surai yang masih basah dengan handuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angin pagi berembus sepoi-sepoi, Seonghwa menghirup udara yang begitu menyegarkan, kedua tangannya sibuk mengusak surai yang masih basah dengan handuk.

Terima kasih pada saudara Sirenian yang mengalirkan sumber mata air ke dalam gua dan membentuk aliran seperti sungai dengan cekungan yang cukup dalam, sehingga ia dapat mandi berendam menggunakan sabun tanpa khawatir airnya akan kotor.

Gua dadakan yang dibuat untuknya memiliki peralatan yang lengkap, membuatnya merasa berada di rumah. "Sarapan apa ya hari ini?" gumamnya. Pikiran Seonghwa tiba-tiba melayang jauh, mulai mempertanyakan apakah Hongjoong sudah sarapan? Siapa yang menyiapkannya? Dengan siapa Hongjoong tinggal? Apakah bersama keluarganya? Atau dengan ...

Menggeleng pelan, Seonghwa berusaha menampik pemikiran buruk yang mulai memenuhi kepala, berusaha tak kembali terlarut dalam kesedihan, hendak kembali masuk ke dalam, tetapi suara letupan buih membuatnya menghentikan langkah dan menatap danau kecil di dekat pintu. Ada yang datang.

Tak lama, Yunho muncul ke permukaan. "Pagi, Kak Seonghwa," sapanya, dengan intonasi yang lebih rendah, tak bisa overactive dengan keadaan Kakak Sepupu yang seperti ini.

"Pagi, Yunho," balas Seonghwa dan berjalan mendekat, berdiri di tepi danau.

Yunho pun berenang lebih dekat, sebelah tangannya bahkan memegangi tepian danau. "Bagaimana keadaan, Kakak?" tanyanya, jelas tak dapat menyembunyikan betapa khawatirnya ia.

"Aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatirkan aku," jawab Seonghwa, berusaha membuat Yunho tak terlalu khawatir dengan mengulas senyuman, walau tampaknya itu tak memengaruhi Yunho sedikit pun, senyumnya pasti terlihat begitu palsu. "Sungguh, aku tak apa, lagi pula, ini baru satu hari."

Kendati demikian, walau bibir mengatakan baik-baik saja, dapat Yunho lihat dengan jelas semua kalimat itu berkebalikan dengan keadaan hati yang mungkin saja sudah tak berbentuk saat ini. Sungguh, ia tak sanggup melihatnya. "Kakak, mungkin saja pria itu sebenarnya bukan Kak Hongjoong. Bisa saja Jaehyo keliru mengingat percakapan ini sudah lama terjadi dan Jaehyo yang benci pada manusia pada saat itu sehingga tak mendengar dengan benar."

"Entahlah, Yunho."

"Kakak pun masih memiliki kekuatan Merenian kakak, bukan? Itu cukup untuk membuktikan jika pria itu memang hanya memiliki wajah yang mirip, dan juga kebetulan memiliki nama yang sama dengan Kak Hongjoong," ujar Yunho menarik kesimpulan dengan yakin.

"Aku juga berharap begitu, tapi ..." Seonghwa menengadah, "untuk saat ini biarkan aku menjalani satu minggu kebersamaanku dengan Hongjoong. Terlepas dari benar atau tidaknya, aku tak ingin merasakan menyesalan jika melepas yang sekarang."

"Aku mengerti," balas Yunho. "Tapi izinkan aku untuk menemui Kakak setiap hari."

"Tentu saja, kamu boleh datang kapan pun kamu mau."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now