Delapan - Hari keenam

239 42 54
                                    

Dua hari lagi, waktu yang Seonghwa miliki tak banyak, membuatnya serakah dan tak sabaran, diperburuk dengan interaksi dan reaksi yang Hongjoong tunjukkan membuatnya semakin yakin akan cara yang ia gunakan dapat membuat Hongjoong benar-benar ingat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua hari lagi, waktu yang Seonghwa miliki tak banyak, membuatnya serakah dan tak sabaran, diperburuk dengan interaksi dan reaksi yang Hongjoong tunjukkan membuatnya semakin yakin akan cara yang ia gunakan dapat membuat Hongjoong benar-benar ingat.

Namun ...

.
.
.

"Seonghwa?"

"Ah, Hongjoong, kamu sudah datang. Kemarilah, aku sudah menyiapkan alas dan camilan," pinta Seonghwa, kembali menata beberapa camilan di atas tikar, dan duduk dengan benar, menanti Hongjoong dengan tidak sabar.

"Apa ini? Piknik? Untuk melihat ... lautan?" tanya Hongjoong agak ragu, melepas alas kaki dan duduk di tempat yang disediakan. Menatap lautan dalam diam, agak bingung karena menatap laut saja sampai piknik segala, wajar jika diimbangi dengan indahnya matahari terbenam, sayangnya di pantai ini hanya bisa melihat matahari terbit.

Langit memang mulai berwarna oranye, tetap tak akan sama dengan indahnya matahari terbenam langsung. Namun, Hongjoong tak ingin ambil pusing, perhatian beralih pada berbagai kue kering yang Seonghwa bawa. "Di mana kau membeli ini?" tanyanya.

"Enak saja! Aku membuatnya sendiri," protes Seonghwa.

Sontak membuat Hongjoong terkejut. "Kau membuatnya sendiri? Maksudku, di gua itu ada oven? Maksudku ... "

Seonghwa terkekeh pelan. "Ada, jangan salah, walau dari luar terlihat primitif, fasilitas di dalamnya sangat lengkap," jelasnya, mengambil satu cookies dan memakannya. "Cobalah, Hongjoong."

Hongjoong mengangguk, mengambil satu cookies dan memasukkannya ke dalam mulut tanpa ragu. Tekstur cookies yang kering langsung lumer ketika bersentuhan dengan lidah. "Ini enak, sangat enak," pujinya dan kembali mengambil satu.

Tentu, pujian sederhana dari Hongjoong membuat Seonghwa sangat bahagia.

Satu jam pertama, mereka habiskan untuk menikmati camilan sembari memandangi luasnya lautan, sampai matahari benar-benar terbenam, digantikan dengan indahnya cahaya bulan dan langit yang bertabur bintang.

"Bulannya masih terlihat bulat walau sudah lewat tanggalnya, cantik sekali," komentar Seonghwa, tak melepas pandangan dari indahnya cahaya bulan yang terpancar.

Hongjoong ikut mendongak, memang masih terlihat bulat, tapi sudah tak bulat sempurna. Ah, apakah rencana Seonghwa kemarin seharusnya memandangi bulan purnama? Bulan purnama ya ... memang indah, seharusnya kemarin ia mengajak Sa—tidak, saat ini ia harus fokus pada Seonghwa. "Mau jalan-jalan menyusuri pantai?"

Ajakan Hongjoong, tentu membuat Seonghwa terkejut, baru pertama kali Hongjoong yang mengajaknya lebih dulu. "Tentu saja, Hongjoong," balasnya tanpa bisa menyembunyikan senyum bahagia.

Berjalan berdampingan, menyusuri pantai lebih jauh, terus berjalan sampai ke daerah yang sama sekali belum terjamah. Ada bebatuan alam yang tersusun abstrak tapi sangat indah.

Our Destiny . JoongHwaWhere stories live. Discover now