Sepuluh - Hongjoong dan San

298 52 32
                                    

Sinar matahari yang menembus celah-celah gua, membuat Seonghwa kembali terjaga, netranya merah dan sedikit bengkak, kepalanya sedikit pusing karena kurang tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar matahari yang menembus celah-celah gua, membuat Seonghwa kembali terjaga, netranya merah dan sedikit bengkak, kepalanya sedikit pusing karena kurang tidur.

Lelah, baik fisik dan hatinya, tetapi Seonghwa memaksakan diri untuk segera bangun. Saudara Sirenian yang ia mintai tolong pasti akan segera datang.

Sebelum itu, setidaknya ia harus membenahi diri agar tak terlalu terlihat menyedihkan. Dan menyambut dengan senyuman agar tak semakin membuat khawatir.

|

Butuh setengah jam bagi Seonghwa untuk menyiapkan diri, wajahnya terlihat lebih segar, walau kantung mata masih terlihat jelas. Duduk diam di dekat mulut gua, menanti saudara Sirenian yang sebentar lagi sampai.

Suara gemerisik semak yang bergerak dengan sendirinya untuk membuka jalan, membuat Seonghwa menoleh. Menatap hutan lebat yang terbuka memberi jalan pada dua Sirenian yang berjalan mendekat.

"Yang Mulia."

"Tolong berhenti memanggilku seperti itu," pinta Seonghwa, diiringi kekeh pelan. "Terima kasih untuk semua bantuan yang kalian berdua berikan, dan sekarang, tolong pinjamkan aku kekuatan kalian sekali lagi."

"Tolong jangan berkata seperti itu, Yang Mulia, setidaknya hanya ini yang dapat kami lakukan untuk sedikit meringankan beban di hati Yang Mulia," balas Sirenian bernama Yeokyung.

Seonghwa kembali mengulas senyumnya, mereka tetap menghormatinya walau ia Merenian, bahkan sekarang hanya manusia biasa. "Terima kasih. Semua urusanku sudah selesai di sini. Aku ingin kalian membawa kembali barang-barang yang ada di dalam, menghilangkan gua ini, serta jalan setapak yang sebelumnya aku pinta," jelasnya.

"Anda yakin, Yang Mulia? Yang Mulia Yunho bilang Anda akan menetap di sini tiga hari lagi?" balas Seoyun.

"Iya, aku yakin. Aku ... hanya tak ingin Hongjoong tahu aku masih di sini." Seonghwa sedikit menengadah, walau ia tahu Hongjoong tak mungkin datang ke tempat ini lagi, ia hanya melakukan ini untuk meringankan hatinya.

"Tetapi Yang Mulia—"

"Aku akan baik-baik saja," potong Seonghwa, "menyatu dengan alam, aku sudah sering melakukannya ketika di pulau, bukan? Ada banyak tumbuhan dan buah-buahan yang bisa aku makan di sini, jangan khawatir, lagi pula hanya tiga hari."

"Baiklah, tetapi kami punya syarat," pinta Yeokyung.

Seonghwa mengangguk, mendengarkan syarat yang diberikan dua Sirenian di depannya. Ia awalnya menolak syarat yang pertama, tetapi setelah sedikit berdebat ia akhirnya mengangguk mengerti. "Baiklah, aku terima kedua syarat kalian."

"Terima kasih, Yang Mulia."

Setelahnya, Yeokyung dan Seoyun memberi isyarat kepada saudara lain juga manusia yang ikut datang membantu. Memindahkan barang-barang dari gua menuju kapal yang ada di seberang hutan, lewat jalan yang sebelumnya Seoyun buka.

Our Destiny . JoongHwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang