Lima belas - Reuni

268 44 11
                                    

San menggeliat pelan, kedua matanya perlahan terbuka, menatap langit-langit kamar dengan sedikit linglung, warnanya putih, berbeda dengan langit-langit kamar miliknya yang berwarna biru muda

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

San menggeliat pelan, kedua matanya perlahan terbuka, menatap langit-langit kamar dengan sedikit linglung, warnanya putih, berbeda dengan langit-langit kamar miliknya yang berwarna biru muda. "Oh, iya. San ada di rumah Kak Hongjoong," gumamnya setelah ingat.

Bangun perlahan, duduk ditepi tempat tidur, meregangkan tubuh dan menguap lebar. Mata yang sedikit perih ia usap pelan, meraih kaca kecil di meja nakas dan menatap pantulan wajah, menyentuh pelan area bawah mata. "Syukurlah, hanya sedikit bengkak."

Berdiri dan berjalan dengan malas keluar kamar. "Kak Seonghwa tidur di mana ya? Di kamar Kak Hongjoong, kah?" monolognya. Terus berjalan menuju dapur dengan mata yang setengah terbuka. "Kak Seonghwa dan Kak Hongjoong sudah bangun belum ya?" ujarnya lagi sembari menggaruk perut. "Oh."

Langkah San terhenti, tersenyum tipis ketika melihat Hongjoong dan Seonghwa tidur di sofa dengan posisi duduk, saling menumpukan tubuh, kepala mereka bahkan beradu, saling menempel. Pasti tertidur sehabis puas bercerita dan melepas kerinduan.

Berbalik, San kembali ke kamar untuk mengambil selimut dan kembali ke ruang tengah. Menyelimuti Hongjoong dan Seonghwa yang masih pulas, tirai jendela yang terbuka kembali San tutup, jangan sampai cahaya mentari mengganggu tidur keduanya.

Melanjutkan tujuan awal, San masuk ke dalam dapur, dapat ia lihat tas besar yang sebelumnya tak ada. "Sepertinya Ayah dan Ibu sudah pulang, kalau begitu, sekalian buat sarapan untuk semuanya."

Mengeluarkan beberapa alat masak, dan bahan dari kulkas. "Hmm, enaknya buat apa ya?" ujarnya sedikit bingung, "sekarang masih hari ulang tahun Kak Hongjoong, karena kue ulang tahunnya tak ada, omelet saja kah supaya bisa diberi lilin?"

Lama berpikir, San tetap bingung. "Huuhuu seharusnya kuenya tak San jatuhkan," sedihnya ketika ingat, kue yang susah payah ia buat jadi mubazir. "Baiklah, bikin omelet saja, tradisi tiup lilin harus tetap dilakukan walau kuenya tak ada," putusnya.

Memulai pekerjaan, dan mengiris beberapa bahan. Ketika hendak memecahkan telur, Ibu Hongjoong masuk ke dalam dapur. "Selamat pagi, Ibu," sapa San.

"Selamat pagi, San." Berjalan mendekat, Ibu Hongjoong memperhatikan San dari pucuk kepala sampai ujung kaki. "San—"

"San baik-baik saja, Ibu. Ya walau semalam menangis keras seperti anak kecil sih, tapi kan ... siapa juga yang rela kakaknya tiba-tiba direbut?!" potongnya dengan bibir mengerucut dan pipi yang menggembung lucu,

"Membayangkan aku akan kesepian tanpa Kak Hongjoong membuatku tak rela!" lanjut San dengan kedua tangan menyilang di depan dada dan memasang raut wajah merajuk,

detik berikutnya, San tertawa kecil. "Tapi sekarang sudah tak apa-apa, toh, jika kangen San masih bisa ketemu Kak Hongjoong. Dan yang lebih penting, San sekarang punya tiga Kakak," sambungnya bangga, "bisa minta uang jajan yang banyak dari ketiganya, hehe."

Ibu Hongjoong tak langsung menanggapi, San terlihat ceria seperti biasa, tetapi apakah hatinya juga demikian?

"Jangan khawatir, Ibu. Memang inilah yang terbaik, jujur saja, San bersyukur Kak Seonghwa datang sebelum kami resmi bertunangan. Hubungan tanpa cinta,

Our Destiny . JoongHwaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt