1. Kedung Wangi

130 8 0
                                    

Disclaimer: Foto Bright dan Tontawan cuma sebagai visual cerita ya. Bukan untuk dikomersilkan. Masih berantakan. Buru-buru pulang kerja. Bantu support ya.

1.
Kedung Wangi

Beberapa buah beri merah jatuh tepat ke tangan seorang anak perempuan cantik berusia delapan tahun. Senyumannya merekah indah ketika memasukkan tangkapan buah baru ke dalam kresek di tangannya.

“Minggir, Arissa. Masih banyak tuh di atas,” ujar kakak perempuan Arissa yang berdiri beberapa meter darinya. Sang kakak memegang ketapel besar di tangan dan sorot matanya menyipit untuk membidik sasaran buah ceri di pohon. Dengan mudah dia berhasil menjatuhkan beberapa buah ceri segar lagi dengan tepat.

Senyuman menghiasi wajah Alizeh, kakak Arissa. Wajahnya mirip dengan Arissa, rambut mereka pun sama panjang hingga sebahu dan cokelat berkilau, kulit sama-sama putih bersih, pipi kemerahan, warna mata cokelat muda cemerlang seperti gundu. Persis boneka kembar hampir identik yang menggemaskan.

Jika Arissa memiliki kesan manis dan lembut, Alizeh adalah versi lebih tomboy, gesit, dan ada mimik nakal dalam senyumannya. Alizeh hanya satu tahun lebih tua dari Arissa, tapi kelihatan jauh lebih tangguh dari Arissa.

“Pergi kalian! Jangan ambil buah ceri lagi!” teriak anak laki-laki bertubuh gemuk bernama Handan menatap Alizeh dan Arissa tidak suka. Gerombolan anak-anak laki-laki lain dan perempuan yang jauh lebih tua dari Alizeh datang menyusul Handan. Penampilan mereka mirip, ciri khas anak-anak kampung yang banyak menghabiskan waktu bermain di luar.

“Kenapa gak boleh? Memangnya pohon ceri ini punyamu?” Alizeh maju dan menantang Handan tanpa rasa takut sedikit pun. Ketapel dia angkat dan sandarkan di leher. Sementara tangannya mengambil salah satu buah ceri dan memakannya di depan Handan.

“Kamu. Aku udah bilangin berkali-kali jangan cari gara-gara,” geram Handan.

“Memangnya kenapa? Kamu mau apa?” tanya Alizeh seraya menatap langsung ke mata Handan.

“Kak ….” Arissa mulai gemetaran dan menarik Alizeh agar menjauh.

“Tuh, adekmu aja takut sama aku. Kamu jangan sok-sokan. Kamu cuma anak perempuan kecil. Jangan sok nantang!” kata Handan. “Sekali tendang, udah melayang.” Handan memandang para anak buah di belakangnya. Mereka kompak tertawa mengejek Alizeh.

Dalam waktu cepat, Alizeh mendorong Handan. Tidak sampai jatuh, tapi anak gemuk itu oleng cukup lama dan hampir jatuh.

Handan dan semua orang kaget. Dengan wajah memerah, Handan melotot emosi dan mengangkat tangannya untuk memukul Alizeh.

“Jangan! Beraninya lawan sama perempuan! Awas kamu ganggu adek-adekku!” teriak anak laki-laki tampan bermata cokelat muda berlari dari arah lain dan langsung berdiri di depan Alizeh dan Arissa menjadi tameng. Dia Aries, anak sulung di keluarga Alizeh. Usianya baru sebelas tahun, tapi aura kepemimpinan dan maskulinnya sangat kuat.

“Kamu pikir aku takut sama kamu? Sebentar aja bisa aku bonyokin muka ganteng kamu! Nangis deh kamu!” kata Handan.

“Emang banci bisa kelahi?” Aries tersenyum sinis.

Sebuah tinju melayang ke arah wajah Aries. Sayang, Handan harus kecewa karena lawannya bisa mengelak dengan cepat. Arissa mulai menangis. Sementara Alizeh kesenangan melihat kakak laki-lakinya berhasil menghajar Handan sampai mundur.

“Anak babi!” teriak Handan kesal dengan pipi sudah bonyok dipukul Aries.

“Ngaca! Bukannya kamu yang kayak babi!” seru Alizeh diikuti gelak tawanya.

Teman-teman Handan ikut tertawa. Langsung berhenti dan pucat ketakutan saat Handan memeloti mereka marah.

“Awas kalian!” teriak Handan.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Where stories live. Discover now