28. Case 4: Ain - Evil Eye (Part 3)

19 4 3
                                    

Alizeh meringis kesakitan ketika tangannya ditempelkan obat oleh Mako. Rambut Alizeh masih basah, baru selesai mandi setelah berjam-jam membersihkan noda darah di seluruh tubuh bersama Mako dan Fizzel di kamar mandi. Terlalu lama kalau menunggu satu per satu.

"Hoeeek! Ampun!" teriak Enrique sudah berlari ke kamar mandi terdekat untuk muntah. Di antara semua orang, dia yang paling jijikan dan merasa bau amis darah belum hilang.

Fizzel melamun murung. Om Bob juga kelihatan berpikir di sofa single.

Mako gantian mau mengoleskan obat ke kepala Arion. Alizeh langsung merebut.

"Biar gua aja," kata Alizeh tanpa menunggu Mako setuju langsung berpindah duduk di sebelah Arion.

Arion menoleh saat kepalanya disentuh Alizeh. Perlahan wanita itu mentotolkan kapas dengan betadhine ke luka di kepalanya.

"Aduh ... pelan ...." Arion menahan tangan Alizeh.

"Tahan dikit. Tuh, bolong pala lu. Harusnya dijahit aja ke rumah sakit," kata Alizeh cemas.

"Gak. Diobati sendiri juga sembuh," kata Arion berusaha tabah menahan perih.

Fizzel melihat semua orang. Om Bob juga duduk terhenyak. Masih tampak jelas bekas cekikan lebam di lehernya.

"Pelakunya jelas manusia. Kita udah dengar sendiri apa kata jin itu," kata Fizzel.

"Belum tentu," sahut Om Bob. "Kita gak bisa percaya omongan setan. Ingat, setan memang suka mengadu domba."

"Tapi aku dapat merasakannya, Om." Fizzel bangkit berdiri. "Aku bisa merasakan sakit hati orang itu. Dia menangis. Rasa cemburu dan insecure-nya besar banget ke Bella."

Enrique memegangi perutnya masih agak puyeng. "Dia siapa maksud lu, Zel?"

"Dia yang iri sama Bella. Siapa lagi?" Fizzel jadi emosional. "Dia itu perempuan. Aku bisa dengar samar-samar suaranya."

"Perempuan?" Om Bob tampak penasaran.

Enrique menggeleng. "No ... siapa pun pelakunya yang kasi ain ke Bella, itu bukan urusan kita lagi. Please, kita bisa mati kalau terlibat lagi. Ini masalah berat."

"Iya. Gua juga gak mau ambil risiko sebesar ini. Kita belum sekuat itu." Mako kembali murung dan takut.

"Kalian ingat kan tujuan utama tim kita? Chamber Soul itu ada untuk membantu orang yang mengalami masalah mistis. Kita adalah perantara yang akan menolong orang-orang malang yang kena sihir, gangguan jin, diculik ke alam gaib, dan lainnya. Chamber Soul ada bukan karena uang, tapi karena kita punya hati nurani," kata Om Bob dengan mata berbinar-binar. Terlihat jelas ketulusan dari tatapan pria tua itu.

"Tapi harus realistis juga, Om. Kenyataannya kita gak mampu hadapi kasus ini," kata Enrique kesal.

Om Bob melihat Arion. "Arion, kamu tetap mau bantu kasus ini sampai tuntas kan? Kasihan Bella. Sampai sekarang Kian dan Bella masih nunggu bantuan kita. Arion, ingat, kamu dilatih ayahmu untuk jadi pembasmi iblis."

Arion terdiam dan tampak bingung.

Om Bob berganti memandang Alizeh. "Alizeh, kamu gak akan mundur kan? Kasihan Bella. Dia cuma gadis muda malang yang lemah dan gak bersalah. Coba bayangkan kalau keluarga kamu yang mengalami seperti Bella."

Darah Alizeh berdesir. Kata-kata yang diucapkan Om Bob seperti cahaya yang menyapu tabir gelap di hatinya. Sakit karena Alizeh jadi ingat dengan Arissa, adik kecilnya yang lemah dan bernasib malang.

"Maaf, Alizeh," ucap Om Bob kemudian. Sadar bahwa dia sudah kelewatan.

Alizeh hanya mengangguk.

Enrique semakin gelisah dan mendekati Om Bob. "Om! Jangan paksa kami harus terlibat sama kasus ini. Apa Om sanggup kalau sampai terjadi apa-apa sama Arion dan Alizeh? Kenapa Om paksa mereka harus bertempur sama iblis yang udah jelas sangat berbahaya? Terus gimana kalau Mako dan Fizzel dalam bahaya? Gua juga gak bisa nolongin mereka, Om. Justru keberadaan gua sama Fizzel memperburuk keadaan. Lihat sendiri, Fizzel kerasukan iblis dan gua cuma mancing semakin banyak iblis datang," kata Enrique frustasi.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang