42. Dimulai Kembali

10 3 2
                                    

Nyonya Henny dan Tuan Satoo memandang miris putri mereka yang mengamuk dan menghancurkan barang-barang di ruang tengah. Vas bunga pecah bertaburan, televisi jatuh, meja kaca pecah berantakan.

"Aku gak mau, Ma! Aku gak mau pergi, Papa!" Yoriko terus mengamuk sambil menghantamkan tongkat golf di tangannya pada benda-benda lain, meja rak berisi foto-foto dan pajangan.

Yoriko sudah kalap sampai tidak peduli kakinya terluka dan berdarah akibat menginjak pecahan kaca.

"Tante! Udah, Tante!" Hanako menangis seraya menangkap pinggang Yoriko berusaha menghentikan tantenya.

"Lepas! Lepas! Aaaaargh!" teriak Yoriko meronta-ronta dari pegangan Hanako.

Hanako kebingungan karena Yoriko terus melawan dengan sekuat tenaga sampai Hanako terseret.

Nyonya Henny maju menarik rambut putrinya kuat, kepala Yoriko dihentakkan. Ibu dan anak itu saling memandang sengit.

"Diam dan jangan banyak tingkah, Yoriko! Sudah bagus Mama dan Papa berhasil minta maaf sama Tuan Shah. Kalau gak, kerjasama bisnis papamu dengan grup perusahaan mereka bisa hancur. Kamu tau sendiri Tuan Shah itu siapa dan bagaimana dia berpengaruh dengan kolega bisnis papamu yang lain. Kamu anak bodoh!" Nyonya Henny mendorong Yoriko.

"Jangan begitu, Henny," ujar Tuan Satoo menarik tangan istrinya agar menjauh dari Yoriko. "Ingat, Yoriko sedang hamil."

"Hamil di luar nikah dengan lelaki gak jelas! Buat malu keluarga!" teriak Nyonya Henny tantrum. Matanya mendelik penuh emosi melihat Yoriko.

Yoriko balas membalas ibunya dengan sinis. Menantang tanpa ragu.

"Anak bangsat! Aku besarkan kamu bukan untuk jadi pelacur!" Nyonya Henny kalap lagi dan menerjang Yoriko, memukuli Yoriko, dan melayangkan tendangan ke arah perutnya.

Hanako dengan cepat menghalau dan menjadi tameng di depan Yoriko. "Nenek! Udah, Nek! Jangan pukul Tante!" teriak Hanako ketakutan.

"Henny! Stop!" Tuan Satoo menangkap istrinya dan berusaha kuat menahan sang istri yang terus meronta.

Semua ART mengintip dengan ketakutan. Tidak berani mendekat karena ada Nyonya Henny yang terkenal tidak segan-segan memukul dan kasar jika sudah marah.

"Aku memang hamil! Baguslah kalau Mama malu! Aku memang aib! Usir aja aku dari rumah ini! Biarkan aku menikah dengan Arion!" teriak Yoriko melengking seperti orang gila dan maju melotot di depan ibunya.

Nyonya Henny menampar pipi Yoriko kuat. "Bangsat!"

"Aku memang bangsat! Puas, Ma?" Yoriko berteriak kencang.

"Yoriko! Diam kamu! Berhenti melawan mamamu. Kamu udah salah, malah kurang ajar!" Giliran Tuan Satoo menarik Yoriko. "Hanako, bantu Tante bereskan barang-barang. Dua jam lagi Yoriko dibawa ke bandara."

Yoriko berubah panik ketakutan dan langsung berlutut di kaki ayahnya. "Papa, aku gak mau pergi ke Jerman. Papa, aku mau di sini."

"Gak bisa, Yoriko. Kamu udah bikin masalah sebesar ini. Nanti di Jerman ada bibi dan paman mengurusmu sampai melahirkan. Setelah itu kita pikirkan lagi nanti," jelas Tuan Satoo dengan setenang mungkin.

Tuan Satoo menghela napas. "Kalau kamu gak mau ke Jerman, turutin apa kata Papa. Pertama, kasi tau siapa yang hamilin kamu. Kedua, kamu harus buat klarifikasi permintaan maaf untuk Arion dan keluarganya."

Yoriko menggeleng. Air mata berlinang membasahi wajah pucatnya. "Gak ... aku mau menikah sama Arion."

"Kamu hamil dengan pria lain, gimana bisa kamu mau menikah sama Arion? Pakai logikamu, Yoriko. Arion bukan dari keluarga sembarangan. Kamu pikir siapa dia mau menerima wanita hamil dari pria lain?" Tuan Satoo menarik Yoriko bangkit berdiri.

Chamber Soul/ Pasangan Pembasmi Iblis (18+)Onde histórias criam vida. Descubra agora