01. Alina

1.4K 72 4
                                    

Start: 8 November 2023

***

Gadis yang memakai high heels bewarna hitam itu menyusuri anak tangga satu persatu. Tubuhnya langsung diterpa angin saat sampai di atap gedung lantai tiga.

Mata indahnya menangkap seorang cowok tengah berdiri di ujung gedung.

"Tunggu!" Teriakannya itu mampu menggagalkan aksi bunuh diri sang cowok yang ingin melompat dari atas gedung.

Gadis itu mendekat, kedua matanya bertemu dengan mata lelaki tadi. Mata yang terlihat sangat sayu, tidak bersemangat, ya sepertinya cowok itu ingin mengakhiri hidupnya.

"Sebelum lompat, mari gue tes dulu, tempatnya layak atau gak." Cewek itu menjatuhkan batu berukuran segenggam tangannya. Suara batu itu tidak terdengar begitu jelas, menandakan tempatnya amat sangat tinggi. "Oke, tempatnya layak, bisa langsung mati." Katanya.

"Astaga, dunia ini penuh dengan orang gila." Gadis itu kembali bersuara, dipandangnya sang lawan bicara. "Lagian kalo matipun juga gak ada yang peduli kan?" Ia menyunggingkan senyum, menatap lurus ke depan.

"Apa kalo gue mati mereka juga gak bakalan nangis?" Cowok itu bertanya dengan suara bergetar. "Apa mereka gak bakal rindu sama gue? Setidaknya mereka menyesal sekali aja." Ia mengarahkan kepalanya ke atas, air matanya tidak boleh turun.

"Gue juga anak mereka kan?" Cowok itu diam sejenak, menggigit bibir bawahnya lalu melanjutkan. "Gue juga pengen disayang." Gumamnya terdengar sangat lemah.

Sang gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. "Seorang anak bakalan disayang kalo berguna buat mereka, maksud gue berguna untuk dimanfaatin." Ia berdeham. "Jika tidak berguna, maka harus dibuang." Ucapnya begitu serius.

Bukankah ada anak yang tidak beruntung? Orang tua hanya ingin anak yang berguna. Bisa memberikan mereka uang, tenaga, dan tidak boleh membantah perkataan mereka. Belum lagi orang tua yang tidak adil, menyayangi anak yang menurutnya pantas disayang, dan mengabaikan anak yang bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang.

"Ayo, mati bareng." Cowok itu langsung menoleh, menatap cewek yang menjulurkan tangan untuknya.

Perlahan cowok itu membalas uluran tersebut, menggenggam tangan sang gadis. Jika ini memang pilihan terbaik, maka dia tidak akan menyesal, setelah ini masalah hidupnya akan selesai.

"Hitungan ketiga kita lompat. Satu!" Gadis itu mulai menghitung. Sepasang manusia itu memejamkan matanya bersamaan, menatap lurus ke depan, membiarkan angin menerpa mereka dengan bebas.

"Dua!"

Genggaman keduanya semakin kuat, siap untuk melompat di hitungan terakhir.

"Tiga!"

DUARR

Suara petir itu membangunkan seorang gadis dari tidurnya. Suara hujan dan petir terus terdengar menemani malamnya di dalam mobil. Gadis itu menyipitkan matanya melihat sekeliling dari kaca mobil. Perasaan tadi masih banyak orang yang berlalu lalang, kini mengapa sudah sepi sekali.

Lantas gadis yang memakai gaun hitam berlengan panjang itu merogoh ponsel di tas hitam miliknya. Keningnya berkerut saat melihat layar ponsel tersebut.

"Udah jam setengah satu lewat." Gumamnya, lalu melempar asal benda tadi.

Alina menghela napas, perutnya sangat lapar sekali, dia belum makan apapun dari tadi. Tapi di jam segini Alina harus mencari makanan dimana? Bahkan supermarket di depannya saja sudah tutup. Belum lagi hujan begitu lebat, membuat siapapun memilih untuk tidur di atas kasur.

Dokter Gara Mahendra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang