08. Klub malam

487 55 10
                                    

Jangan lupa vote dan komennya

Happy reading

***

Melihat kondisi Alina yang tidak baik-baik saja karena mimpi buruk. Gara memutuskan untuk tetap berada di tempat gadis itu, dia memilih untuk tidur di sofa, takut sesuatu hal buruk terjadi lagi kepada Alina.

Namun saat Gara terbangun di pagi hari. Gara tidak menemukan keberadaan Alina. Seluruh ruangan sudah Gara cari tetapi tidak ada hasil. Saat melihat mobil Alina tidak berada di bawah, Gara bisa memastikan gadis itu pergi tanpa memberitahunya.

"Gar, buruan datang di supermarket yang ada di depan rumah sakit, dompet gue ketinggalan di kamar. Gue pinjam duit lo dulu buat beli minuman."

Gara yang baru keluar dari ruangan pasien menghela napas mendengar keluhan Vino dari seberang sana. Namun tetap saja Gara langsung beranjak pergi menuju tempat yang dimaksud.

"Dokter Gara memang paling bisa gue andalkan!" Seru Vino di depan kasir sembari menatap Gara tengah mengeluarkan uang berwarna biru di dalam dompet.

"Gratis kan Gar?"

"Kebiasaan lo," cibir Gara hendak mendorong punggung Vino, namun Vino lebih dulu mengelak.

"Lo Dokter Gara Mahendra?"

Sontak Gara dan Vino menatap kasir di depan mereka. Seorang cowok berambut ikal menatap Gara menunggu jawaban.

Lantas Gara mengangguk kecil. "Kenapa?" Tanyanya penasaran.

"Gue Angga, Lo tau Alina? Dia pernah cerita tentang lo ke gue," ungkap Angga.

Gara dan Vino saling tatap, tidak lama kemudian kembali menatap Angga.

"Lo temannya Alina?" Kali ini Vino yang penasaran. Dunia memang sangat kecil.

Angga mengangguk, tidak lama menggeleng. Angga juga bingung sebenarnya Alina menganggapnya apa? Teman? Alina tidak pernah mengatakan dirinya sebagai teman. Terus Angga harus menjawab apa?

"Jadi gue cuma teman satu-satunya." Ada nada bangga yang terdengar dari kalimat Vino barusan. Dirinya adalah teman satu-satunya Alina? Wah Angga merasa sangat beruntung.

"Enggak, Lo teman keduanya," sahut Gara cepat.

"Siapa teman pertamanya?"

"Pasien gue, umurnya masih delapan tahun."

Vino tertawa mendengarnya, mengapa Alina sangat unik. Berteman dengan anak kecil, itu berarti dirinya satu-satunya teman sebaya gadis itu.

"Lo tau dimana Alina?" Vino kembali bertanya, tadi pagi Gara sempat menjelaskan kejadian tadi malam dan mengatakan Alina menghilang sejak cowok itu terbangun dari tidur.

"Dia gak ada kasih tau lo berdua kemana?"  Pertanyaan dari Angga membuat kedua cowok itu kompak menggeleng.

"Dia gak ada kasih tau, yang jelas mobilnya udah gak ada pagi-pagi buta," jelas Gara memberitahu.

Angga mengangguk-anggukkan kepalanya. "Alina biasanya tidur di depan toko gue, kalo dia gak ada di sini-" Angga berhenti sejenak, berdeham lalu menatap Gara dengan serius. "Berarti Alina ada di klub malam," lanjutnya berbisik.

"Klub?!" Gara dan Vino kompak menyahut.

Gara menaikkan alisnya mendengar kata terakhir dari Angga. "Ngapain?" Yang Gara tahu tempat itu bukan tempat yang  baik untuk dikunjungi. Lantas untuk apa Alina ke tempat seperti itu?

Dokter Gara Mahendra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang