11. Sadness

355 45 51
                                    


Target 50 vote+50 komen untuk bagian 12 ya:)

Happy reading

***

Alina mendengus sebal saat melihat layar ponselnya. Dia sudah mengirim banyak pesan kepada Gara, namun tidak ada tanda-tanda bahwa Gara akan membalas pesannya.

Cewek cantik ini mengambil gantungan kunci kupu-kupu yang tadi diletakkannya di samping nakas tempat tidur. Bibirnya tersenyum manis. Mulai malam ini, Alina tidak akan tidur sendirian lagi, karena ada benda indah yang akan menemaninya dan mengusir mimpi buruknya.

Alina mulai memejamkan matanya, sambil kedua tangannya menggenggam erat gantungan kunci tersebut.

Namun, baru saja Alina hendak tertidur pulas di tengah hujan yang sangat deras, telinganya mendengar suara orang dan ketukan pintu yang tak henti-hentinya dari luar. Alina dengan cepat menarik selimutnya untuk menutupi seluruh badannya. Awalnya, dia tidak merasa takut, tetapi ketika dia mengenali suara tersebut, rasa takut mulai menghantuinya.

"Buka pintunya! Ya! Aku hitung sampai tiga. Kalo gak, aku hancurkan pintunya!" suara tersebut memperingatkan dengan nada yang keras dan mengancam.

Namun, sebelum hitungan mencapai tiga, kenop pintu mulai dihancurkan dengan batu yang berukuran lumayan besar. Alina, yang masih bersembunyi di dalam selimutnya, dengan cepat berlari dan mengunci pintu kamarnya. Jantungnya berdetak kencang, rasa takut yang mendalam mulai merasuki dirinya.

"Dimana kau?! Dasar anak kurang ajar!" kata seorang pria paruh baya dengan nada marah saat berhasil membuka pintu. Dengan tubuh basah kuyup karena hujan, dia mulai mengeledah setiap ruangan, mencari Alina.

Alina, yang bersembunyi dengan ketakutan di sudut ruangan, merasa jantungnya berdebar semakin kencang. Dia berusaha menahan napasnya agar tidak terdengar oleh pria tersebut. Pikirannya berkecamuk mencari cara untuk melindungi diri.

"Ternyata kau di sini!" pekik pria itu dengan nada terkejut saat menyadari salah satu pintu kamar sudah terkunci, dan dia yakin ada seseorang di dalamnya.

Alina, yang masih bersembunyi di sudut ruangan dengan ketakutan, merasa jantungnya semakin berdebar. Dia berusaha untuk tetap tenang dan tidak membuat suara apapun yang bisa memperlihatkan keberadaannya.

"Buka, anak sialan! Sudah kukatakan, jika kau terus menghindar, aku akan membunuh siapa saja yang bersamamu, Alina!" Pria itu mendobrak pintu berkali-kali dengan keras, membuat Alina semakin ketakutan. Sepertinya kali ini pintu kamar akan terbuka juga. Dalam kepanikan, Alina memutuskan untuk masuk ke dalam lemari sebagai tempat bersembunyi terakhir.

Pintu berhasil didobrak. Tanpa perlu mencari ke mana pun, pria itu dengan mudah menemukan keberadaan Alina.

Alina semakin ketakutan saat pintu lemari terbuka, matanya menangkap wajah seseorang yang terlihat sangat menakutkan.

"Keluar, kau!" suara pria itu terdengar kasar dan mengancam.

Rambut Alina ditarik dengan paksa hingga dia terpaksa keluar dari lemari. Dalam keadaan pasrah, Alina hanya bisa menyerah pada situasi yang mencekam ini.

Plak!

Tamparan keras mendarat di wajah Alina, meninggalkan luka di tulang pipi gadis itu.

"Udah kukatakan kan? Mau sejauh apapun kau pergi, aku tetap tahu di mana kau sekarang!" ucap pria itu dengan nada penuh ancaman.

Tanpa ampun, pria tersebut mencekik leher Alina, membuatnya sulit bernapas.

Dokter Gara Mahendra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang