02. Gara Mahendra

518 51 5
                                    

Gara tengah duduk di ruang makan, dia nampak terburu-buru menyantap makanannya. Entah apa yang sedang ia kejar, padahal tidak ada tanda-tanda Gara akan terlambat bekerja.

Dengan mulut yang sibuk mengunyah, sesekali mata Gara melirik ke arah anak tangga, bahkan ia menajamkan pendengarannya alih-alih mereka datang ke tempatnya.

Suara langkah kaki membuat Gara langsung berdiri tanpa memperdulikan lagi makanannya yang masih tersisa. Bahkan pembantu rumah tangga, bi Anum. Dengan cepat membersihkan piring makan milik Gara.

"Ma, hari ini Gara_"

"Deka nanti malam makan di luar ya, sekalian ajak pacar kamu."

Gara tidak lagi melanjutkan kalimatnya saat sang ibu mengabaikannya dan hanya fokus menatap anak sulung yang bernama Deka itu.

"Papa juga ikut ma?"

Wanita bernama Dela itu mengangguk.

"Sekarang makan, hari ini mama ikut kamu ke kantor."

Bahkan Gara yang berada diantara mereka, tidak sekalipun ada yang menatapnya, seolah Gara tidak ada di sana. Gara tinggal di rumah mewah itu harus mengikuti beberapa peraturan, peraturan yang hanya dibuat untuk dirinya. Salah satunya tidak boleh satu meja dengan mereka, bicara jika memang perlu dan masih banyak lagi.

"Bi Anum,"

"Iya Bu?"

"Saya mau sarapan berdua sama anak saya, usir dia."

Mendengar itu Gara langsung paham, kehadirannya mengganggu mereka. Lantas tanpa mengatakan apapun, Gara langsung menjauh dari tempat itu.

"Ma, hari ini Gara lembur, mama jangan nungguin Gara pulang ya."

Itu tadi yang ingin Gara katakan. Gara tidak mau membuat ibunya cemas. Gara juga ingin mengadu kalau habis dipukuli oleh dua preman tadi malam. Tapi Gara lupa ibunya itu sangat membencinya, membenci kehadirannya.

Gara memang ada diantara mereka, namun kehadirannya tidak pernah dianggap ada.

***

Alina langsung menancapkan
gas mobilnya saat motor yang ia tunggu sedari tadi keluar dari gerbang mewah itu.

Hari ini Alina mengenakan dress merah berlengan panjang, high heels merah dan juga bibirnya yang sesuai dengan warna bajunya. Hari ini kesibukannya hanya satu, menguntit cowok bernama Gara Mahendra itu, cowok yang ia temui tadi malam.

"Gara sayang aku salah apa sama kamu? Kenapa minta aku jauhi kamu?"

Gara memijat keningnya, kepalanya mendadak pusing menghadapi cewek di sampingnya ini. Baiklah ini memang salahnya, mendekati cewek yang bahkan Gara sendiri tidak mengenal baik gadis itu. Dan setelah tahu gadis itu hanya mengincar uangnya, Gara merasa sangat bodoh, ia memang tidak pintar dalam memilih pasangan.

Spontan Gara menjauh saat gadis itu membelai rambutnya.

"Aku tau kamu sayang aku kan? Ayo kita jalan-jalan lagi."

Gara berusaha melepaskan genggaman tangan itu, namun sang gadis malah semakin mengeratkan pelukan. Sungguh Gara sangat risih. Dia ingin terlepas dari semua itu.

"Lena,"

"Kenapa sayang?"

Gara menelan ludahnya saat lagi-lagi Lena membelai rambutnya. Bahkan beberapa orang yang ada di restoran sesekali melirik mereka.

"Woi! Cewek murahan!"

Suara lantang itu membuat Gara dan Lena menoleh. Gara terdiam begitu lama, cewek itu Gara pernah melihatnya. Cewek yang sudah menolongnya dan cewek yang mengambil uangnya.

Dokter Gara Mahendra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang