06. Masa lalu

476 55 15
                                    

Happy reading

***

Gara Mahendra, pagi-pagi seperti ini cowok itu tengah memberi makan seekor kucing di depan rumah kosnya. Gara tidak tahu kucing putih itu berasal dari mana, yang jelas hampir sebulan hewan lucu itu terus datang di tempatnya. Alhasil Gara memilih untuk membeli makanan kucing, dan setiap kucing itu muncul Gara atau Vino pasti akan meluangkan waktu untuk sekedar memberi makan.

"Lo suka kucing?" Tanya Alina yang sedari tadi memperhatikan Gara dari pintu masuk. Kini, Alina sudah berada tepat di depan cowok itu.

Gara hanya melirik saja, tidak ingin menjawab.

"Baju Lo buat gue aja ya?" Alina kembali berbicara sembari melihat tubuhnya yang masih berbalut kaos putih milik Gara. "Boleh gak?" lanjutnya.

Tadi Gara hanya melirik, sekarang cowok itu tidak memberi respon apapun membuat Alina geram.

"Lo bisu?!" Alina memekik namun Gara hanya sibuk memperhatikan kucing putih yang sedang makan. "Gue sumpahin Lo bisu beneran!" Mata Alina melotot, sudah tahu kesabarannya setipis tisu, Gara malah mengabaikannya begitu saja.

Tapi kali ini Gara kembali melirik ke arahnya.

Gara berdiri, melipat kedua tangannya dan menatap serius mata Alina. "Kenapa belum pergi?" Tanyanya membuat Alina langsung paham.

"Lo ngusir gue?"

"Hm, sesuai perjanjian kemarin. Jauhi saya mulai hari ini."

Lantas Alina menyunggingkan senyum sembari melipat kedua tangan. "Kalo gue gak mau gimana?" Alina menantang.

"Udah saya duga, cewek kayak kamu suka ingkar janji."

"Kenapa Lo terus minta gue buat jauhi Lo?"

Gara tidak menjawab, lebih baik dia pergi. Karena tidak ada gunanya juga meladeni Alina. Cewek yang tidak bisa menepati janji itu sangat keras kepala.

"Oke! Gue Jauhi Lo!" Alina ikut berbalik badan, dia pikir Gara akan berhenti jika dia berbicara seperti tadi. Namun diluar prediksi, Gara tidak menghentikan langkahnya sama sekali.

"SIALAN LO GARA MAHENDRA!"

Teriakan itu Gara mendengarnya dengan jelas, namun tetap dia tidak perduli. Bahkan Vino yang masih molor sampai tersentak kaget.

"Kuntilanak mana itu," gumam Vino kembali tidur setelah membersihkan air liurnya.

***

"Terima kasih." Seorang cowok dengan rambut sedikit ikal sibuk melayani beberapa pembeli yang hendak membayar. Sesekali matanya melirik gadis yang duduk di depan tokonya tengah menyantap mie instan sendirian.

"Sialan!" Alina menyeruput mie sambil mengomel. Dia belum bisa melupakan kejadian tadi saat Gara yang seenaknya mengabaikannya. Alina memukul meja penuh emosi. "Seharusnya gue tendang tadi!" Penuh penyesalan, mengapa sebelum pergi tidak menendang wajah itu terlebih dahulu. Entah mengapa Alina merasa kalah telak tadi.

"Kenapa?" Vino mendekat saat usai melayani semua pembeli.

Alina melirik Vino tidak senang. Karena Gara, Alina membenci semua orang hari ini.

"Apa?!" Alina balik bertanya dengan emosi.

"Emosi banget, gue ada salah apa sama Lo?" Angga duduk di depan Alina, memandang wajah itu penasaran.

"Diem gue lagi males bicara," acuh Alina.

"Bilang aja Lo dicuekin lagi sama dokter itu, 'kan?" Angga menebak dan Alina langsung menatapnya. "Jadi bener? Udah gue bilang semua cowok itu takut sama Lo." Dua hari yang lalu Alina bercerita kalau dia sedang mendekati seorang dokter muda tampan kaya raya, namun sang dokter sering mengabaikannya.

Dokter Gara Mahendra!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang