PROLOG

671 66 4
                                    

18 Desember 2006

Tangisan bayi menggema di ruangan VIP fasilitas ibu dan anak di Siloam Hospital Jakarta. Bukan hanya 1, melainkan 2 bayi kembar. Bayi pertama berjenis kelamin laki-laki bernama Aidan Sky Alexander. Bayi kedua berjenis kelamin perempuan bernama Yara Sky Alexandria.

Tampak seorang wanita masih terbaring di ranjang rumah sakit dengan selang infus yang masih menancap. Sedangkan seorang lelaki sedang sibuk menggendong kedua bayinya. Berusaha menenangkan mereka dengan senandung lagu pengantar tidur.

"Sudah mana berikan padaku. Aku sudah nggak apa-apa. Kasihan mereka mungkin kehausan." ujar sang istri yang sudah tidak tahan mendengar kedua bayinya tak berhenti menangis.

Lelaki itupun menyerah. Dia menyerahkan kedua bayinya kepada istrinya untuk disusui. Seketika itupun tangis mereka berhenti. Membuat Bayu bernafas lega.

Irina, sang istri, terkekeh pelan. "Kubilang juga apa."

"Aku kasihan kepadamu. Pasti masih lelah. Semalam saja kamu hampir tidak tidur karena menyusui." ucap Bayu sembari duduk di pinggir ranjang istrinya. Ditatapnya wajah istri dan kedua bayinya dengan perasaan bahagia. Terakhir kali dia merasakan perasaan seperti ini adalah 9 tahun lalu. Tepatnya ketika putra keduanya baru saja lahir.

"Aku nggak apa-apa. Memang capek sih. Tapi seneng." bantah Irina. "Mereka lucu ya, Mas."

Pasangan itu memandangi kedua bayi kembar yang sedang menyusu itu. "Aku masih tidak menyangka kita akan punya anak kembar."

Tiba-tiba pintu kamar rumah sakit itu diketuk oleh seseorang. Bayu segera beranjak membukakan pintu. Tampak seorang lelaki berbadan tegap dengan setelan jas hitam berdiri di depan pintu.

"Anak-anak sudah naik lift, Pak." lelaki itu menginformasikan kepada Bayu.

"Oke." jawab Bayu singkat sebelum menutup pintu kembali. Dia kembali ke sisi Irina yang masih menyusui.

"Kenapa, Mas?" tanya Irina dengan raut khawatir. Dia selalu cemas ketika tiba-tiba bodyguard mereka mengajak Bayu berbicara. Takut takut kalau sampai ada bahaya yang mengancam.

"Saga dan Daren sudah di lift." jawab Bayu. Dia melihat Irina tampak lega hanya terkekeh. "Kamu khawatir banget? Kita aman, sayang. Nggak ada apa-apa di sini."

"Ya kan wajar Mas kalau aku khawatir. Habisnya pekerjaan kamu bikin kita jadi punya banyak musuh." gerutu Irina.

Pintu kamar tiba-tiba dibuka. Tampak seorang anak laki-laki melongokkan kepalanya dan melihat ke arah ranjang. Ketika melihat Bayu dan Irina tersenyum ke arahnya, anak lelaki itu pun masuk. Diikuti oleh anak lelaki lain dengan tubuh lebih pendek, namun rambutnya lebih panjang. Anak itu membawa seikat karangan bunga.

Kedua anak lelaki itu segera berlari memeluk Bayu. "Papa!"

"Jagoan Papa!" Bayu membalas pelukan mereka. Sudah 2 hari Bayu menginap di rumah sakit untuk menjaga Irina. Dia begitu sibuk mengurus kelahiran 2 bayinya sehingga tak menyadari betapa rindunya dia kepada 2 anak lelakinya itu. "Sudah siap ketemu adik-adik kalian?" tanya Bayu setelah puas memeluk kedua anaknya.

Saga dan Daren mengangguk kegirangan. Mereka berdua digiring oleh Bayu mendekat ke arah Irina yang masih saja menyusui Yara dan Aidan. Tampak kedua anak lelaki itu memandang adik kembar mereka dengan tatapan takjub.

"Mama nggak sakit nenennya?" tanya Daren tiba-tiba. Membuat kedua orang tuanya tertawa.

Saga menyikut lengan adiknya. "Mereka itu lagi minum susu." bisiknya. Membuat adiknya mengangguk tanda mengerti.

"Ma, kita bawa hadiah buat Mama." ujar Daren sembari menyodorkan karangan bunga yang dia bawa kepada Irina.

Irina tak kuasa menahan tangisnya. Haru rasanya semua didikannya melekat di otak 2 anak laki-lakinya. Dia selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu mengasihi satu sama lain dan untuk tidak pernah malu mengungkapkan perasaan mereka.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now