5. Bloody Night

325 51 9
                                    

"Love isn't always pretty."

- Collen Hoover, Ugly Love

===

Chapter menegangkan >.<

TW: Verbal abuse, physical abuse, mention of blood (kekerasan verbal, kekerasan fisik, penyebutan 'darah')

Lili terbangun dengan suara HPnya yang berdering. Dengan malas dia meraih HPnya. Tanpa melihat siapa yang menelepon Lili segera mengangkatnya.

"Halo?" ucap Lili setengah sadar.

"Bangun anak kecil." suara Daren terdengar di seberang telepon.

Lili lalu melihat layar HPnya dengan mata memicing untuk mengecek. Kak Daren.

"Kenapa pagi-pagi buta telepon?" tanya Lili.

"Ini udah jam setengah enam, Lili. Ayo bangun!" perintah Daren dari seberang telepon.

Dengan malas Lili mendudukkan dirinya. "Masih ngantuk." ucapnya dengan suara serak.

Daren terkekeh. "Biasain bangun pagi ya. Nanti Kakak jemput buat ke sekolah." ucap Daren.

Hal tersebut sontak membuat Lili terjaga sepenuhnya. "Jangan!"

"Kenapa?" tanya Daren bingung.

"Papaku galak. Nanti Kakak bisa dimasak buat sarapan kalau Papa tahu aku dijemput cowok." ucap Lili mencoba terdengar seperti sedang bercanda. Seandainya Daren tahu betapa ucapannya adalah kebenaran.

Daren terkekeh mendengarnya. Seandainya Papa Lili tahu siapa Daren sebenarnya. "Yaudah buruan bangun. Nanti pulangnya Kakak jemput." ucap Daren akhirnya.

===

Benar saja. Siang itu ketika Lili keluar kelas dia sudah mendapati chat dari Daren yang mengatakan bahwa pria itu sudah berada di depan sekolahnya. Beberapa teman Lili menyorakinya ketika melihat Lili dijemput oleh seorang pria dengan mobil mewah. Beberapa juga ada yang mencibir. Tapi dasar Lili, dia tetap saja tersenyum.

"Langsung ke coffee shop?" tanya Daren saat mereka sudah berada di dalam mobil.

"Mmm... Masih ada 1 jam sebelum shiftku mulai. Gimana kalau kita makan dulu? Aku tahu warung seafood enak. Nanti aku traktir." jawab Lili bersemangat. Dia antusias ingin menunjukkan tempat makan favoritnya kepada Daren.

Daren tersenyum mendengar nada ceria yang selalu didengarnya dari mulut Lili. Mereka pun segera melaju menuju alamat yang diberitahu Lili.

"Enak kan, Kak?" tanya Lili di tengah acara mereka menyantap makan siang.

"Lumayan." jawab Daren. Dia sebenarnya tidak biasa makan di warung pinggir jalan seperti ini. Namun ternyata dia menemukan kenikmatan saat memakan hidangan di hadapannya sambil mendengar celotehan Lili yang tak ada habisnya.

"Cuma lumayan?" tanya Lili tak terima.

"Hehehe. Enak kok enak. Enak banget." ucap Daren menenangkan.

Lili melemparkan pandangan kesal. "Ngomong-ngomong Kakak masih lama lagi di Bali?"

"Urusan Kakak belum selesai. Nggak tahu deh kapan balik ke Jakarta. Kenapa?" tanya Daren.

"Heran aja. Katanya ada urusan. Tapi malah malah main terus sama aku." jawab Lili.

"Emang nggak boleh?"

"Boleh lah. Boleh banget. Aku jadi punya temen ngobrol terus." jawab Lili sambil nyengir.

"Nanti selesai shift Kakak anter pulang lagi ya. Kakak jemput jam 9." ucap Daren. Dia tidak menawarkan. Dia memberitahu Lili. Tak ada ruang untuk Lili mendebat.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now