14. SKENARIO PALING SEMPURNA

147 32 2
                                    

You can't go back and change the beginning. But you can start where you are and change the ending.

–C. S. Lewis

=== HAPPY READING ===

Ketika seseorang masih kecil, dia tidak tahu arti dari kehidupan. Dia tidak tahu apa tujuan hidupnya. Terkadang dia tidak tahu apa cita-citanya. Bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan satu jam mendatang. Dia hanyalah makhluk kecil yang senang bermain-main. Dan ketika bosan dengan satu mainan, dia akan mencari permainan baru untuk dimainkan. Begitu sederhana dan spontan.

Ketika memasuki usia remaja, seseorang akan mulai memahami bahwa dalam hidup, seseorang harus memiliki tujuan. Meskipun kebanyakan remaja masih belum tahu kemana dia akan melangkah, setidaknya dia akan mulai memanfaatkan setiap waktu yang dia punya untuk belajar. Dia memasuki babak dimana dia akan mulai mengenal gaya hidup seperti apa yang dirasa cocok untuknya. Dan dari sana, sedikit demi sedikit dia akan mulai mengetahui apa yang akan dia lakukan di kemudian hari.

Rencana Yara untuk hidup mandiri setelah permasalahannya selesai tampaknya tak akan berjalan sesuai rencana. Dengan alasan yang baik, dia bisa melupakan rencana itu pernah ada. Kini dia tahu bahwa setidaknya ada 2 orang yang bisa membantunya bangkit dan melanjutkan hidup. Bahkan mungkin 3 orang. Entahlah, dia sama sekali belum terpikirkan dengan saudara kembarnya. Yang dia tahu, Daren dan Sagara ternyata adalah kakak kandung yang selama ini mencarinya. Mungkin perjuangan mereka dalam mencarinya jauh lebih keras daripada upaya yang dilakukan Yara untuk mencari mereka.

Tetapi kini muncul pertanyaan besar di benak Yara. "Jadi Papa nyulik aku selama ini?" tanyanya setelah dia berhasil menguasai dirinya kembali.

"Kami masih belum tahu. Kemungkinan besar dia hanya salah satu orang dari sebuah kelompok yang ingin menghancurkan keluarga kita." jawab Sagara. "Sebaiknya kita bicarakan ini di villa. Kakak tidak ingin ada yang mendengar." ucap pria itu.

Mereka bertiga pun segera meninggalkan pantai dan menuju kembali ke villa. Di depan villa tampak banyak pria bertubuh besar yang melakukan penjagaan. Hal itu tentu menimbulkan pertanyaan dalam benak Yara mengenai keluarga barunya ini.

"Kita percaya bahwa Sadewa dan Ajeng cuma kaki tangan. Otak dari penculikannya kita belum tahu sampai saat ini." ucap Daren ketika mereka sudah duduk di ruang keluarga.

"Tapi kenapa mereka nyulik aku? 17 tahun. Bahkan papa sama mama sampai bikin cerita palsu soal masa laluku. Kenapa mereka nggak bunuh aku aja setelah mereka nyulik aku? Kenapa harus repot-repot gedein aku selama ini?" Yara tidak bisa lagi menahan rasa ingin tahunya.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi! Kami bersyukur mereka tidak melakukannya." ucap Sagara tajam. Dia sangat marah bila memikirkan mengenai kemungkinan adiknya itu terbunuh. "Sebelumnya, kamu perlu memahami bahwa keluarga kita adalah keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara ini. Banyak pihak yang menginginkan pemimpin keluarga kita hilang. Bahkan tidak sedikit yang ingin seluruh keturunan keluarga kita lenyap. Dan dengan menculikmu, yang merupakan kebahagiaan baru di keluarga kita saat itu merupakan tindakan yang cukup cerdik dari mereka, entah siapapun itu." Sagara menjelaskan.

"Emangnya keluarga ini keluarga presiden?" tanya Yara tanpa banyak berpikir.

Daren terkekeh mendengarnya. "Bukan. Tapi mungkin pengaruh kita bisa disejajarkan dengan presiden." jawabnya.

Yara terdiam. Dia cukup terkejut dengan jawaban Daren. Itu artinya dia adalah bagian dari keluarga yang sangat berpengaruh di negara ini.

Pikirannya semakin kacau. Semua informasi ini rasanya terlalu berlebihan untuk dicerna di saat yang bersamaan. Dia bahkan sudah tidak menangis. Dia tidak tahu apa yang harus dia rasakan sekarang. Bagaimana dia harus menyikapi semua ini.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now