Amora 14

2.6K 83 7
                                    

Arman menatap kamar Amora yang berantakan. Ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya, rasa kesepian dan kekosongan.

Kamar bernuansa putih yang dulu pernah terdapat tawa bahagia bersama sang istri dan anak, tapi kamar itu sudah sangat berantakan dan menyisakan luka terbesar untuk Amora.

Arman keluar dari kamar Amora, membanting pintu kamar tersebut lalu menuruni anak tangga.

Di bawah Arman melihat Silvi yang sedang kesenangan mencoba pakaian yang baru saja dia beli dari hasil menjual anak sendiri.

"Belanja lagi?" Arman duduk di single sofa.

"Iya dong, Mas. Uang itu masih sangat banyak, sampai-sampai aku bingung mau beli apa lagi"

Arman menggeleng lalu meninggalkan Silvi. Jika dulu Mauren tidak pernah memfoya-foyakan uangnya, tapi berbeda dengan Silvi yang selalu saja merasa kurang saat Arman memberinya uang.

.....

Zero terbangun dari tidurnya. Laki-laki itu menoleh ke Amora yang masih terlelap dengan damai.

Senyum manis terukir di bibir Zero, laki-laki itu mengelus pipi Amora lalu mengecup kening dengan lembut.

"Maafkan aku telah menyakiti batin mu. Aku lakukan ini karna aku tidak ingin kamu pergi" ucap Zero.

Setelah puas menatap wajah Amora, Zero memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi.

Suara gemricik air membuat tidur gadis itu terusik.

Ugh... Lengkuhan ringan serta kedua mata yang perlahan terbuka.

Amora terkaget dan mengintip selimut yang membungkus tubuhnya.

Senyum getir dan perasaan campur aduk serta fikiran buruk menghantui Amora.

"Enggak, ini gak mungkin"

Amora bergegas memakai kembali pakaiannya.

"Sayang, kamu sudah bangun" Zero mengusap rambutnya dengan handuk putih.

"BRENGSEK KAMU! APA YANG KAMU LAKUKAN, HAH?" marah Amora berjalan mendekati Zero mengabaikan rasa sakit di selangkangan nya.

"Apa yang saya lakukan? Tentu saja saya mengambil mahkota mu" jawab Zero santai.

Bugh

Gadis itu meninju wajah Zero sehingga menoleh ke samping.

Menarik rambutnya kuat, lalu membenturkan kepalanya ke tembok. Sekarang Amora hanya ingin pergi dari dunia ini, sudah tidak ada lagi harapan dan tujuan untuk tetap hidup di dunia ini.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Jangan menyakiti diri sendiri" Zero menahan kedua tangan Amora.

"Lepas! Jangan halangi aku lagi"

"Jangan gila, kamu. Kamu bisa mati sia-sia"

"ITU TUJUAN KU. AKU TIDAK SUDI HIDUP DI DUNIA DENGAN TUBUH MENJIJIKKAN INI"

"Saya akan bertanggung jawab, kamu tidak akan merasa jijik setelah ini"

Zero membawa tubuh Amora kedalam dekapannya. Sampai sekarang Zero tidak mengerti dengan perasaannya. Perasaan iba dan kasihan membuat Zero harus menolong Amora dan tetap mempertahankan gadis itu tinggal bersamanya meski Amora harus terluka semakin dalam.

Dia PenyelamatWhere stories live. Discover now