Amora 58

580 31 9
                                    

Zian duduk seorang diri di taman. Dari raut wajahnya dapat kita simpulkan kalau sekarang dia tidak baik-baik saja.

Dia memang mencintai Amora, tapi dia tidak ingin memaksa Amora untuk mencintainya. Mungkin sakit melepas Amora begitu saja, tapi jika tetap bertahan maka luka akan bertambah semakin besar.

Saat ini Amora memang belum sepenuhnya melupakan Alvin, tapi melihat kedekatan Amora dengan Zero, Zian merasa kalau gadis itu memiliki sepercik rasa cinta untuk pria itu.

"Zian, ngapain lo duduk sendirian disini?" Meyra duduk di sebelah Zian.

Kebetulan tadi Meyra sedang joging, dan dia tidak sengaja melihat Zian yang tengah duduk termenung bahkan masih mengenakan seragam sekolah.

"Gak pa-pa." jawab Zian tanpa menoleh ke Meyra.

"Lo belum pulang kerumah?"

"Darimana lo tau?"

"Lo aja masih pakai seragam sekolah."

Zian mengangguk pelan. "Gue lagi pengen disini, udah lama gue gak liat anak-anak main."

"Biasanya lo selalu nempel sama Amora. Sekarang Amora-nya mana?" heran Meyra. Karna biasanya dimana ada Zian, di situ juga ada Amora.

"Dia udah pulang." jawab Zian.

"Em." Meyra mengangguk-kan kepalanya.

Gadis itu beranjak. "Jangan ngelamun lo, ntar kesambet lagi."

Zian hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Meyra.

"Gue lanjut joging, bay."

Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya pada kursi yang sekarang dia duduki. Entah kenapa dia merasa sedih, padahal dia sendiri belum tau pasti bagaimana perasaan Amora terhadapnya.

Sedangkan di tempat lain. Amora, Aron dan Zero tengah duduk bersama di ruang keluarga sembari menikmati secangkir teh yang di hidangkan.

Cukup banyak Amora mengetahui fakta dari hilangnya kabar Aron selama dua tahun. Amora tidak menyangka kalau selama ini Aron di rawat di rumah sakit yang dulu pernah Amora datangi saat dia juga sakit.

Dan sekarang Amora juga paham kenapa Zero begitu perhatian terhadapnya, itu semua karna perintah dari Aron agar Zero melindungi Amora. Tapi satu kenyataan yang Aron belum ketahui, Zero telah mengambil mahkota Amora dan membuat Amora kehilangan banyak hal dalam hidupnya.

"Opa, apa Opa tidak ingin menemui Papa?" tanya Amora pelan. Jujur, Amora takut Aron marah saat mendengar nama anaknya itu.

"Untuk apa Opa menemui dia? Dia tidak pantas mendapatkan sepercik belas kasihan dari Opa. Biarkan saja dia gelandangan dan merasakan apa yang kamu rasakan dulu." jawab Aron.

Kebangkrutan di perusahaan milik Arman adalah ulah Zero atas perintah Aron. Bukan tanpa alasan Aron melakukan itu, dia hanya ingin anak laki-lakinya itu sadar kalau selama ini dia telah melakukan kesalahan besar bahkan hukuman berupa bangkrut itu saja belum setara dengan semua yang dia lakukan terhadap Amora.

"Amora, Opa harap kamu tidak mencari keberadaan Papa kamu. Biarkan saja dia menerima karma ini, dia akan datang dan mencari kamu kalau dia benar-benar sadar atas kesalahannya." jelas Aron.

"Iya, Opa."

Zero berdehem membuat mereka menoleh. Sedari tadi dia hanya diam dan menjadi pendengar antara Cucu dan Opanya itu berbicara.

"Kamu kenapa?" tanya Amora heran.

"Aku ingin mengajak kamu bertemu dengan kedua orangtua-ku." ujar Zero.

Dia PenyelamatWhere stories live. Discover now