3

140 81 30
                                    


Bora memandangi dedaunan maple yang mulai berguguran dari balik dinding kaca restoran ruang VIP, menghadap pelataran restoran sewaktu mobil Taehyung berbelok ke restoran dari depan jalan yang ramai. Tarikan napasnya putus-putus setelah menyadari ucapan mertuanya benar, Taehyung setuju datang ke restoran tanpa banyak bertanya.

Taehyung juga menyetujui saat dia memberi saran untuk menunda menemui Ibunya, berdalih bila mereka mendesak Ibunya berhenti sekarang bukanlah jalan keluar. Harga diri juga semua keteguhan Hwang Minjung tidak mudah dilukai, Taehyung dan Bora tahu kehendak Minjung sulit dipatahkan. Mereka harus menemukan celah yang tepat, jika ingin mengalahkan Minjung.

"Taehyung, sebaiknya kita tunggu sampai emosi Ibu mereda, setelah itu baru kita bicarakan lagi pada Ibu tentang jalan keluar yang kau utarakan padaku."

"Oke, kita akan menunggu sama-sama."

Betapa Taehyung mempercayainya, selalu memberi ruang agar dia bisa mengambil keputusan dalam rumah tangga mereka. Taehyung yang tidak keberatan mendengarkan pendapatnya selama itu masih realistis, Taehyung yang tidak pernah marah apa lagi menaikkan nada suara, Taehyung yang sangat mencintainya.

Bora mengusap ujung matanya yang lembab, sewaktu melihat Taehyung turun dari mobil. Dia nyaris tidak bernapas sewaktu Taehyung tiba-tiba menoleh ke arah dia duduk, tetapi kemudian Bora ingat bahwa kaca restoran tidak tembus pandang dari luar.

"Bora, ada hal yang ingin kau tambahkan pada kontrak kerja Yunhee?"

Bora mengalihkan atensi kepada Minjung yang duduk di seberang meja, Bora melihat ke luar sekali lagi lalu menggeleng samar sebagai jawaban. Bora tidak menemukan suaminya di luar. Jantungnya berdegup kencang saat memperkirakan, Taehyung sedang menuju ruangan umum bagi para pengunjung yang tidak memesan ruang VIP, di sebelah ruangannya sekarang.

"Kontrak kerja akan ditanda tangani di depan pengacara," kata Minjung, tanpa memperdulikan perasaan menantunya, dia bahkan pura-pura amnesia pada penolakan yang pernah diutarakan oleh Taehyung kepadanya.

"Setelah melahirkan, Yunhee tidak diizinkan menemui atau mengakui anak itu sebagai bayinya. Bayi yang lahir akan didaftarkan sebagai anakmu dan Taehyung."

"Dia setuju?" tanya Bora hati-hati, jari-jarinya mulai kebas.

"Tentu saja. Siapa yang menolak bayaran lima ratus juta won, Bora? Pada dasarnya manusia itu sama saja, semua akan tergiur dengan uang."

"Bagaimana kalau ternyata Yunhee tidak mau menyerahkan bayinya? Ibu pernah bilang padaku, tidak ada seorang Ibu yang rela anaknya hilang."

"Itu berlaku untuk pernikahan normal," sahut Minjung, "bukan pernikahan yang sejak awal sudah disusun sebagai kontrak kerja."

"Ibu, kita tidak mungkin melanggar hak Ibu kandung terhadap anaknya, Yunhee bertaruh nyawa saat melahirkan nanti."

"Bora, dengar. Kita sedang membahas Ibu pengganti yang terikat kontrak kerja dengan bayaran sepadan, resiko pekerjaan ditanggung pekerja tapi bukan berarti kita tidak peduli. Yunhee akan diberi asuransi jiwa jika terjadi hal diluar kendali saat melahirkan, berada di bawah pengawasan dokter kandungan terbaik selama kehamilan, menjamin semua nutrisi juga psikologi sampai bayinya lahir di rumah sakit ternama dengan fasilitas VVIP.

"Satu hal yang perlu kau ingat, Bora. Kita tidak pernah memaksa Yunhee menyetujui pekerjaan ini, semua keputusan ada di tangannya. Jika dia tidak setuju, kita bisa cari calon Ibu yang lain."

Pada detik-detik pertama, Bora merasa setuju dengan pendapat Minjung, tetapi kemudian dia berasumsi bisa saja Yunhee tidak sependapat. Siapa yang bisa menjamin Yunhee menyerahkan bayinya suka rela, kecuali gadis itu benar-benar memahami kontrak kerja beserta semua resiko tanpa drama tentang hak atas ibu kandung.

Winter ScentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang