chapter 12

1.3K 90 18
                                    


Oke dua bulan tidak update. Saya tau cerita ini sudah buluk tak terurus. Ada yg kangen ?

Oke enjoy, prepare your kantung muntah.

('^')/

          Rikuto benar-benar lelah. Kantung mata nya semakin menghitam. Sejak kejadian tadi malam-saat Akira menciumnya, ia tidak bisa memejamkan matanya untuk terlelap. Padahal tubuh dan jiwanya lelah akibat  mengurus permintaan sang pengurus festival.

Beda jauh dengan ketua populer bertampang tampan, Akira kini dengan senyum idaman melayani para wanita-wanita berdada besar yang terus menggodanya.

Rikuto menguap lebar kemudian menghela napas. Perutnya keram sekali karena korset yang mengganjal erat perutnya. Ia ingin cepat mengakhiri hari mengerikan ini.

Rikuto berjalan mengantar pesanan yang dipesan oleh para pria dengan senyum menawan bagi kaum hawa, tapi terkesan mesum dan mengerikan menurut Rikuto. Ia berharap tangan mereka tak semesum tatapanya.

Menaruh nampan di meja, 5 piring pancake dengan toping eskrim beraneka rasa ia hidangkan di meja kelima pria itu. Setelah itu Rikuto mengambil  nampanya kembali kemudian berusaha tersenyum manis.

"Terimakasih sudah memesan, ada yang mau di pesan lagi ?" Ujar rikuto tetap memasang senyum manis walaupun terpaksa.

Sekilas salah satu pria berwajah menawan menyeringai. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam kantungnya kemudian entah sengaja agau tidak sesuatu yang diambil itu terjatuh.

Reflek melihat benda yang jatuh dilantai, pria dan Rikuto ikut membungkuk mengambil benda yang ternyata saputangan itu. Ya Rikuto terjebak dalam perangkap.

Saat membungkuk, teman yang berhadapan dengan punggung belakang rikuto terenyum senang, pria itu menjulurkan tanganya dan meremas bagian bawahnya yang terlihat akibat Rikuto yang membungkuk.

"H-hwaa y-yamete kudasai !" Belum sempat kembali ke posisi awal, tangan Rikuto ditarik oleh si pria yang menjatuhkan barang, agar dirinya tetap membungkuk. Si peremas kesenangan, ia meraba dan merasakan tekstur bagian bawah Rikuto menghayati.

"Hya- ya-mete..."
Wajah Rikuto memanas malu. Sungguh ia tak mau dan tak suka seperti ini. Ini bukan yang pertama kalinya ia di beginikan selama festival. Tapi ini yang pertama kalinya Rikuto di sentuh ramai-ramai.

Mata Rikuto memanas ingin segera meneteskan airnya. Pria berwajah tampan dengan perilaku bejat tak  menghentikan tindakannya tetap bersenang-senang dengan bagian belakang Rikuto.

Siapapun, kumohon tolong aku

Air mata mulai menggenang disekitar mata dan siap jatuh. Seorang pria dengan balutan pakaian hitam ala butler negeri dongeng berada di depanya. Rikuto mendongak melihat siapa yang datang.

"Senang menikmati kegiatan ini, pelacur? Apa kau tau tempat ini bukan untuk melakukan kegiatan melepas hawa nafsu ?"

Akira menatapnya dengan pandangan sinis, jarum tanpa wujud menusuk bongkahan daging berdenyut di rongga dada kiri rikuto. Air mata lolos dari kelopak mata sang pria.

"Tasukete-" ucap Rikuto lirih.

"Harusnya kau tau batas pelacur-"

Pria yang sibuk menyentuh Rikuto baru sadar akan kedatangan Akira segera menjauhkan tanganya, terlambat- Akira menyeringai kemudian melompat dengan menahan tangan dimeja dan menendang para pria yang menyentuh Rikuto. Meja terjungkir terbalik, pancake yang belum dimakan jatuh sia-sia.

Rusuh dan ribut, para pengunjung berteriak ngeri. Rikuto terbelalak melihat kelakuan Akira. Tangan Akira  menarik Rikuto berdiri kemudian berlari meninggalkan kelas.

my sweet wolf slave (DISCONTINUE)Where stories live. Discover now