01

5.3K 272 2
                                    

Dia berjalan menuju lobi gedung Lee Company, para karyawan maupun manajer di sana menunduk sopan. Gaya yang elegan serta wajah tampan itu mampu memikat daya tarik karyawan lain, Lee Jeno di kenal sebagai Direktur yang dingin tapi sangat perhatian dengan rekan kerjanya.

"Selamat pagi Direktur" salah satu karyawan bernama Sanha itu menyambut kedatangan Jeno dengan hangat, sekali-kali tersenyum dikala Jeno berdehem.

"Apa yang membuat Direktur berangkat pagi? Tumben sekali" ujar Sanha kembali, si pendengar tampak tak acuh. "Aku harus keruangan, lebih baik kau bekerja, jangan sampai membuat kertas itu selalu bertumpukan dengan kertas lain" balas Jeno, lalu dia meninggalkan Sanha dengan mata berbinarnya.

"Direktur perhatian sekali sampai menyuruhku untuk bekerja agar kertas menyebalkan itu tidak menumpuk" Gumannya lagi menatap punggung itu menjauh.

...

Lee Jeno memasuki ruanganya, disana sudah ada Park Jisung yang mengisi bagian meja sekretarisnya. Orang yang sudah menjadi tangan kananya memang sedikit beda, perawakan yang lebih tinggi darinya dan hidung mancung itu selalu saja membuatnya pusing.

Yah, bagaimana tidak pusing, Jisung menatap sang atasan dengan wajah sinis sembari mengangkat kakinya di atas kursi yang entah sejak kapan di taruh di samping meja kerjanya.

"Kau tau Jisung? Kalau karyawan lain masuk tanpa mengetuk pintu, mungkin kau akan di cap sebagai sekretaris tidak berguna" Jeno berujar sembari membuka jasnya dan dia taruh di kepala kursi lalu dia duduk di kursi tersebut, menatap laptop yang sudah menyala.

"Bahkan aku sudah di cap tidak berguna dari atasanku sendiri" si tinggi menjawab dengan kursi yang dia putar, seolah-olah dia menyombongkan diri.

"Memang" sedangkan atasanya tampak tak peduli. "Lebih baik kau kerjakan pekerjaanmu, dan setelah itu kita meeting dengan Client" Sambungnya.

"Ah iya Hyung, hari ini tidak ada Meeting, katanya ada kendala di perjalanan menuju busan" ujar Jisung selagi dia membenarkan posisi duduknya. "Tapi Ibu dan Ayahmu akan berkunjung setelah makan siang" Jeno menghela nafas mendengar akhir kalimat Jisung.

Sungguh, tau begini dia tidak mau berangkat bekerja. Ada yang harus di hindari untuk mengurangi beban pikiranya, kedua orang tuanya pasti akan mengungkit masalah perusahaan dan masalah perjodohan, di kantor.

"Tolong kirimkan pesan untuk Ibuku, aku ada acara setelah makan siang. Hari ini aku benar-benar akan sibuk, mengurus semuanya. Aku sedang tidak ingin mendengar celoteh dari mereka" Kata Jeno dengan sebuah gerutan kesal.

"Aku tau, tapi bukankah lebih baik bertemu saja dulu, Nyonya Seo selalu ingin berkunjung namun Hyung tolak dengan seribu alasan, tapi dia tetap mengirim sebuah permintaan bertemu. Bagaimanapun juga mereka ingin membuatmu jauh lebih baik, hyung"

Benar kata Jisung, tapi dirinya sudah dewasa, sudah bisa memilih apa yang benar atau yang salah. Maksudnya dia tidak ingin di jodohkan mau bagaimanapun hidupnya sudah di tangan dirinya sendiri.

"Bilang saja, setelah makan siang aku akan berkunjung ke rumah Ibu, jangan sampai ibu menginjakan kaki ke kantor lagi. Kau paham kan Jisung?" Jeno menaikan alisnya sembari berucap, Jisung mengangguk mengerti, lalu dia melanjutkan pekerjaanya.

Tok tok tok

Atensi mereka tertuju pada sebuah pintu buram ruangan. Jeno merasa bingung, tidak biasanya orang masuk tanpa lewat panggilan terlebih dahulu, karena Jeno masih banyak pekerjaan, dia tidak peduli dengan kedatangan seseorang.

"Masuk" ujarnya kemudian.

Orang yang masuk dengan deheman kecil membawa secangkir gelas, dan pastinya itu adalah kopi, minuman Jeno saat tengah bekerja. Sanha masuk kedalam ruangan dengan seulas senyum, lalu dia menaruh secangkir kopi itu di atas meja kerjanya.

You In My Bed | NominDove le storie prendono vita. Scoprilo ora