05🔞

6.3K 299 9
                                    

Jam menunjukan pukul 19:05.

Sudah terhitung satu minggu dia tinggal di rumah besar milik Jeno, Jaemin sudah begitu hapal setiap sudut ruangan yang tadinya masih asing di matanya. Kini dia menampakan kaki menuju kolam renang di belakang rumah.

Ketika dia menggeser sebuah pintu berkaca, udara dari luar langsung menerpa tubuhnya, begitu segar. Walau kolam tersebut di lingkari oleh dinding yang menjulang tinggi, namun di atas sana tampak langit malam yang begitu indah menurut Jaemin.

Dia melangkahkan kakinya menuju pinggir kolam. "Ternyata kehidupanya penuh kekayaan, bisa di nilai dari lantai nya, terbuat dari marmer. Tapi kenapa dia pelit sekali huh?" Gumanya seraya melanjutkan langkah kecilnya.

Ah ya, tentang kejadian tidur bersama akibat pintu kamar tamu macet. Sampai saat ini Jaemin sudah terbiasa bangun langsung di sapa oleh wajah tampan milik Lee Jeno.

Dia jadi terbiasa tidur satu ranjang dengan pria itu, tentu saja dengan pembatas di tengah tengah mereka, dan Jeno terpaksa membeli dua bantal guling. Alasanya karena Jaemin terus memeluk tubuhnya, sesekali menendang jika pria itu tak nyaman dengan posisinya.

Jaemin menghela nafas jenuh. Dia bosan karena Jeno akhir-akhir ini sibuk dengan pekerjaan, bahkan kemarin lalu dia tak sempat melihat pria itu karena pulang terlalu larut dan berangkat di pagi-pagi buta saat Jaemin masih tertidur.

Tapi, ada satu yang menjadi alasan Jaemin betah hidup dengan pria ketus itu. Dia menyukai sosok Jeno, entah kenapa. Dia merasakan bahwa sejak mereka pertama kali bertemu, dia sudah menyukai Jeno.

Jaemin mengibaskan tanganya keatas kepalanya, untuk menghilangkan lamunanya. Dan dia berakhir pergi keruangan lain untuk menghilangkan rasa jenuhnya.

Saat langkah kaki itu berhenti di depan pintu ruangan pribadi, Jaemin menautkan alisnya bingung. Dia baru sadar bahwa ada ruangan yang belum dia ketahui.

Karena penasaran, akhrinya dia mencoba untuk membuka pintu tersebut yang kebetulan tidak terkunci. Wajahnya masuk di balik pintu, memasang wajah menginterupsi menelusuri setiap ruangan.

Di dalam sana hanya ada sebuah sofa panjang dan beberapa rak buku, seperti perpustakaan pribadi. Merasa dirinya tertarik, akhirnya Jaemin mencoba masuk kedalam ruangan tersebut.

Jaemin mengulum senyum mendapati beberapa buku disana, tanganya dengan jahil meraih buku tersebut, dia penasaran bagaimana Jeno bisa membaca buku sebanyak ini.

Mungkinkah sebenarnya Jeno adalah kutu buku sejati? Tapi pria itu lebih cocok di juluki tukang pukul dari pada si kutu buku.

...

Mark menuntun Pria bongsor itu menuju rumah milik Jeno setelah mengatakan bahwa dia akan mengantarnya pulang. Tanpa kesusahan sama sekali Mark merangkul pundak Jeno untuk menuntuk pria itu masuk kedalam rumah.

"Jeno, berapa pin rumahmu?" Tanya Mark, dia menatap Jeno seraya menepuk pelan pipinya agar pria itu tersadar, karena Jeno meminum banyak alkohol, mungkin untuk kesadaranya tidak dalam waktu yang cepat.

Jeno hanya bisa menjawab dengan gumanan tak jelasnya, itu membuat Mark berdecak kesal, dan sampai kapan dia harus berdiri di ambang pintu dengan tangan yang sudah mulai pegal.

"Di dalam ada orang"

"He?" Alis Mark bertaut bingung mendengar ucapan Jeno barusan.

Jeno menoleh dengan wajah yang sudah sayunya. "Didalam ada si aneh itu, ketuk saja pintunya"

Tak paham apa yang di katakan Jeno, tapi Mark mencoba mencerna perkataan pria itu. Apa mungkin Jeno tinggal dengan orang lain? Mungkin penjaga? Lantas siapa yang dia bilang Aneh.

You In My Bed | NominWhere stories live. Discover now