02

4.3K 254 3
                                    

Tanpa ada percakapan di tengah dentingan piring, keduanya menikmati makanan dengan acara televisi sebagai tontonan. Jeno sempat mencuri pandangan kearah Jaemin, bisa dilihat pria itu makan dengan lahab walau mie instan menurutnya kurang cocok, tapi entah kenapa apapun yang di masak Jaemin tentu enak, walaupun hanya mie.

Beberapa saat kemudian, mereka menyelesaikan acara makanya, dan hanya piring kosong serta air di dalam gelas sudah hampir tandas.

"Aku penasaran denganmu, keluargamu. Kenapa kau tinggal sendiri?" Jaemin memecahkan keheningan, Jeno pun menoleh dengan ringisan kecil, sebuah senyuman dengan seribu artian.

"Hanya saja, aku tidak mau di pergunakan sesuka mereka, dan memilih hidup sendiri, daripada harus terus-terusan bergantung pada orang tuaku" Balasnya, namun masih saja bukan jawaban yang tepat untuk Jaemin. "Tapi, aku lebih penasaran denganmu. Apa yang membuatmu ingin bunuh diri saat itu?"

Awalnya Jaemin terdiam seperti tak mau berbicara, namun melihat wajah penasaran serta khawatir Jeno seakan-akan memaksanya untuk bercerita. "Aku lahir dari orang yang berada, sejak kecil aku selalu di banggakan, di manja, ayahku menyewa para maid untuk mengurusku dan entah kenapa aku merasa di lantarkan karena mereka tak kunjung pulang karena urusan bisnis.

Saat aku tumbuh dewasa, aku bertemu dengan ayahku, dia selingkuh dengan skretarisnya, disana aku benar-benar terpuruk, lalu satu tahun setelahnya ibuku jatuh sakit dan ayahku korupsi membuat keluarga kita jatuh miskin, dan disana aku menjadi boneka ayahku, aku benar-benar menjadi seorang jalang yang harus memuaskan nafsu seseorang hanya karena jabatan. Walau tak sampai bersetubuh, aku di paksa untuk memuaskan nafsu mereka.

Beberapa bulan setelahnya, ibuku di nyatakan meninggal dunia akibat kanker otak. Dunia menjadi gelap, aku kabur dari rumah dari kejaran ayahku sendiri, sebenarnya aku tumbuh dari ayah sambungku, ayah yang kejam, aku tidak pernah tau ayah kandungku sendiri. Dan di saat itu aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya dengan melompat di tepi jurang" Matanya berkaca-kaca, Jaemin tidak bisa membohongi dirinya sendiri untuk tidak menangis, dia lemah.

"Kalau kita hidup di dunia paralel, pasti kehidupanmu di dunia ini jauh lebih berbeda" kata Jeno. "Kalau kau butuh pelukan, aku ada disini, tempat ceritamu" entah kenapa Jeno memilih untuk mendekap Jaemin yang semakin sesegukan di pelukanya.

Terasa hangat namun ada dada yang tiba-tiba menjadi gejolak luar biasah, rasa yang belum pernah Jeno rasakan, seperti banyak ribuan kembang api yang meledak di Jantungnya. Tapi melihat Jaemin, pasti dia akan memilih jalur yang sama, bunuh diri. Bagaimana pun juga masalah Pria ini tidak kecil, hanya orang-orang kuat yang bisa menjalani semuanya.

"A-Apa aku jelek setelah menangis?" Kata itu dia lontarkan setelah kepalanya muncul di dekapan itu menatap wajah Jeno dengan mata bulat. Batin Jeno hampir mengumpat, sungguh, masih bisa berfikir seperti itu di suasana yang tampak serius. "Iya, kau jelek saat menangis. Jadi jangan menangis"

Jaemin membernarkan posisinya setelah melepas dekapan itu, untuk beberapa saat jantungnya terasa tidak nyaman, apalagi Jeno manatapnya dengan tatapan seperti akan memakan. "S-Sudahlah, aku mengantuk. Aku akan tidur di kamar tamu" sembari beranjak, Jaemin memunguti piring serta gelas mereka, membawanya ke dapur untuk di cuci.

Setelah itu dirinya menaiki anak tangga, Jaemin membuka knop pintu itu, namun sangat sulit. Dia mencoba menariknya dengan keras namun tetap saja tidak bisa. "Apa di kunci?" Jaemin mencoba memdorong pintu, tetap saja tidak mau terbuka. Dia terpaksa berteriak memanggil pemilik rumah. "Jeno Lee, Pintunya tidak bisa terbuka" serunya di lantai atas.

Yang merasa di panggil menoleh ke atas, mendapati Jaemin menunjuk kearah pintu lalu menyilangkan tanganya, tanda tidak bisa terbuka. Dengan langkah malas, Jeno terpaksa menaiki anak tangga, lalu menghampiri Jaemin berada.

You In My Bed | NominOnde histórias criam vida. Descubra agora