Prolog

9.4K 352 15
                                    

"Cahaya dari petir itu"

Suara petir itu seperti meyambar di dekat halaman rumahnya, rintikan hujan pun mulai deras, hembusan angin mulai melambai lambai membuat benda apapun melayang jika tidak kuat pada tumpuannya.

Lee Jeno, pria berumur 24 tahun itu baru saja menampakan dirinya di depan pintu rumah dengan kemeja yang sudah basah akibat terkaan hujan, dirinya mengibaskan tangan kearah baju untuk mengurangi basahnya.

Dia dengan cepat melepas kedua sepatunya lalu membawa untuk di masukan kedalam rumah, tepatnya rak sepatu yang tertera di ruang tamu. Sebelum itu dia menutup pintu agar air tidak masuk, kemudian dia masuk kedalam kamar mandi utama.

Jeno berdiri tepat di depan cermin kamar mandi, melihat dirinya yang sudah basah kuyup namun menambah kesan seksi seorang pria bermarga Lee ini, pergelangan bajunya dia tarik keatas menampilkan sebuah urat yang menjalar, lalu dia membuka kemejanya dan hanya menyisakan celana kantor.

Ada sedikit bekas merah di kepala, benturan pintu mobil karena dirinya lupa untuk menunduk, dia memang terlalu tinggi. Jeno menghela nafas lelah, kerja menjadi Direktur bukanlah mudah untuknya, apalagi dia harus naik jabatan karena sang Ayah atau biasah di kenal sebagai CEO Lee Donghae.

"Payah, lemah sekali kau Lee Jeno" dia berguman sendiri dan berakhir melepas semua pakaian yang tersisa, Naked.

Badanya yang sudah telanjang bulat dia guyur dengan air shower yang turun dari atas kepalanya, matanya terpejam menikmati satu demi satu air yang menetes dari pucuk kepalanya.

Yang tadinya tangan itu dia gunakan untuk membilas badanya, kini dia malah menyentuh miliknya yang tiba-tiba menegang tanpa alasan. Dengan nafas berat, Jeno pun memutuskan untuk menyelesaikan Hasratnya.

Tangan besar berurat itu sudah memegang penisnya, mulai mengocok dengan tempo tidak terlalu cepat, dadanya membusung menikmati setiap urutan, lenguhanya mengalun di dalam ruangan kamar mandi kedap suara.

"Mmmh, Argh Sial" Lenguhan itu dia keluarkan, seperti tidak puas, bermain solo menurutnya sangat buruk, sama saja membuat dirinya kekurangan kenikmatan.

Tempo kocokan semakin cepat di kala dia akan sampai pada pelepasanya, Jeno mengepalkan tanganya kearah dinding kamar mandi dengan baground kaca marmer tersebut.

Matanya masih terpejam menikmati tangan yang setia bermain pada penisnya.

"Argh" kini benda putih itu keluar pada ujung penis, tanda dia pelepasan. Jeno bernafas lelah, sungguh, kadang kalau di pikirkan dia sering sekali bermain solo karena tidak mempunyai kekasih.

Setelah menuntaskan hasratnya, Jeno segera menyelesaikan acara mandinya. Beberapa menit kemudian dia keluar dengan handuk bathrobe yang mengelilingi tubuhnya, sedangkan rambut yang basah dia keringkan dengan handuk kecil.

Jeno berjalan menelusuri tangga untuk sampai di kamarnya, karena letak kamarnya ada di lantai atas. Saat sudah sampai di depan kamar, dia langsung masuk dan tidak lupa menguncinya dari dalam.

Dia kembali menghela nafas kasar melihat keadaan kamar yang benar-benar sangat kacau, bahkan bantal yang seharusnya ada di atas ranjang, kini posisinya menjadi di atas lantai. Tak mau di pikirkan, Jeno akhirnya memutuskan untuk langsung ganti baju.

Memakai baju putih tanpa lengan dan celana training adalah pilihan yang tepat untuk di rumah, namun sayangnya cuacanya sangat dingin membuat Jeno harus menurunkan suhu ruangan agar menjadi hangat.

"Haruskah aku memakai syal? Tapi tidak cocok karena bajuku sangat terbuka" Gumanya yang tak sengaja melihat syal diatas ranjang.

Tak mau berlama-lama di dalam kamar, Jeno memutuskan untuk keluar menuju ruang televisi dengan perapian sederhana. Televisi itu menyala di kala Jeno menyentuh benda pipih persegi panjang, yang tentunya masih di temani dengan suara gemuruh hujan di luar sana.

You In My Bed | NominWhere stories live. Discover now