Part 8

759 73 7
                                    

***

Damian bergegas menjemput Lily ketika hujan deras datang tanpa bisa diprediksi. Rasa khawatir jelas lebih mendominasi bila dibandingkan dengan rasa trauma yang ia alami.

Dengan tubuh bergetar karena basah kuyup, Damian segera menghampiri sang kekasih yang tengah menunggunya didepan kantor agensi.

"Kamu gila? Ngapain kamu kesini?" Tanya Lily dengan penuh rasa kesal.

"A-aku khawatir sama kamu." Balas Damian dengan nada terbata.

"Aku bukan anak kecil, aku bisa pulang sendiri. Aku udah pesan taksi online. Kamu harusnya nggak perlu jemput segala, kalau kayak gini kamu bisa nyusahin diri sendiri." Tutur Lily membuat Damian menundukkan wajahnya. Perutnya mulai tak nyaman, rasanya seperti diaduk-aduk, bayangan mengerikan langsung menyergap pikirannya, pria tampan itu langsung membekap mulutnya.
"Tuh kan! Kamu selalu aja cari susah sendiri."

Grep

Lily langsung memeluk kekasihnya meskipun ia merasa kesal. Karena hanya dengan ini, trauma Damian bisa teratasi.

Damian kira dengan ia datang maka Lily akan merasa senang dan terharu dengan perjuangannya. Namun ternyata Lily malah memarahinya. Airmata Damian seketika jatuh tapi tersamarkan oleh tetesan air hujan.

"A-aku... Aku dingin." Adu Damian dengan nada bergetar.

"Kita pulang ke rumah kamu sekarang. Kalau begini siapa juga yang susah, bukan cuma kamu doang kan, tapi aku juga." Gerutu Lily sambil membawa Damian masuk ke dalam mobil. Lihatlah gadis itu bahkan sama sekali tidak menanyakan kondisi Damian. Ia hanya memberikan pelukan yang Damian perlukan tanpa memberikan perhatian sebagai mestinya seorang kekasih.

"Lily... Maaf." Ungkap Damian. "Maaf udah buat kamu susah." Imbuhnya.

"Lain kali aku nggak suka kamu bertindak bodoh kayak gini lagi." Tutur Lily.

"Bodoh?" Berkorban seperti ini dengan melawan rasa traumanya dibilang bodoh katanya?

"Iya, ini namanya cari penyakit. Kamu cuma caper, kamu pengen aku perhatian sama kamu makanya kamu cari gara-gara. Udah aku bilangkan kalau hal kayak gitu tuh bukan cinta namanya, kamu nggak pernah cinta sama aku Dami." Tegas Lily membuat Damian mengepalkan kedua tangannya.

Sudah berkali-kali ia jelaskan perasaannya pada Lily namun Lily selalu menganggapnya hanya cari perhatian saja. Perasaan Damian pada Lily itu semua bukan cinta. Namun Damian hanya membutuhkan Lily saja.

Lagi-lagi Damian harus merasakan sakit. Sakit karena perasaannya tidak diakui. Damian pikir Lily adalah sejatinya, gadis yang bisa mengobati segala rasa trauma dan mengisi relung hatinya. Namun Lily bahkan tidak pernah menganggap perasaannya.

***

Satu bulan berjalan tanpa kesan seakan hanyalah Damian satu-satunya orang yang menginginkan hubungan ini.

Lily yang begitu terobsesi dengan karirnya, sedangkan Damian yang selalu menginginkan perhatian seperti anak kucing.

Lama-lama Damian merasa jenuh dengan hubungan mereka. Namun rasa jenuh itu selalu hilang ketika Lily datang memberikannya pelukan hangat dan juga ciuman mesra.

Kelemahan Damian adalah pelukan Lily, perhatian dan kasih sayang yang Lily berikan selalu mampu membuat Damian luluh dan menurut.

Lily selalu berhasil menghipnotis dirinya dengan sentuhan-sentuhan hangat. Sehingga Damian selalu menginginkan lebih akan hubungan mereka berdua.

Lose ControlWhere stories live. Discover now