Part 10

785 73 6
                                    

***

Sampai detik ini Damian masih menunggu kekasihnya untuk bercerita tentang masalah party, namun nyatanya Lily tak kunjung mengungkapkannya.

Pesta itu berlangsung saat ini, hari kamis malam di hotel Seroja. Kamis pagi Lily masih berada di rumah Damian untuk menemani pria itu menyelesaikan lukisannya. Damian masih menunggu namun Lily tak kunjung mengatakan sepatah katapun.

"Sayang!" Panggil Damian.

"Hm? Ada apa?" Tanya Lily.

"Kamu nggak mau jelasin apapun atau bicara apapun?" Tanya Damian.

"Kenapa? Oh... Iya nanti malam aku..." Damian yakin kekasihnya pasti akan menjelaskan masalah pesta itu padanya. "Mau keluar sama temen aku, aku mau shopping karena udah lama nggak shopping sama dia." Tapi dugaan Damian salah besar.

"Shopping?"

"Iya, selama ini aku sibuk sama kerjaan dan kamu doang, aku jarang keluar sama temen-temen makanya nanti malam aku mau keluar." Jelas Lily.

"Aku... Aku boleh ikut?" Pinta Damian.

"Ck, Dami... Ini urusan cewek, nggak selamanya kamu harus ikut campur sama urusan aku. Aku juga mau bebas keluar sama temen-temen aku nggak melulu sama kamu terus." Ujar Lily membuat Damian menghela nafas berat.

"Ya udah kalau gitu aku antar aja."

"Dam, aku berangkat sendiri, nggak perlu kamu antar segala, aku juga butuh privasi, aku harap kamu bisa ngertiin aku." Tekan Lily.

"Hhh... Okay kalau kamu mau privasi. Aku cuma khawatir aja sama kamu apa aku salah?"

"Kamu bukan khawatir, tapi kamu itu posesif."

"Aku bukan posesif sa-"

"Nyatanya kamu emang posesif selama ini, kamu selalu ngintilin kemanapun aku pergi. Lama-lama aku tuh risih tau nggak!" Sahut Lily membuat Damian mengepalkan kedua tangannya.

"Risih?" Terasa sakit dalam hati ketika mendengar kata itu, seperti ditusuk oleh sembilu, Damian bahkan sampai hampir mematahkan kuas yang ia pegang. "Aku berusaha untuk melindungi kamu karena banyak laki-laki yang selalu ingin menggoda kamu, aku berusaha untuk jadi tameng supaya mereka nggak lagi gangguin kamu. Mungkin bagi kamu hubungan kita hanya sekedar simbiosis mutualisme, tapi bagi aku..."

"Aku males kalau dengerin ocehan kamu kayak gini, ingat nggak kita jalin hubungan tuh karena apa? Sadar Damian sadar! Aku udah pernah bilang jangan pernah berharap lebih sama aku!" Seru Lily dengan penuh rasa kesal.

Damian lantas membalikkan badan, menatap Lily dengan intens.

"Sedikit aja, sedikit aja rasa cinta, bukan! Rasa sayang, hanya rasa sayang secuil pun, apa nggak ada?" Tanya Damian dengan mata berkaca-kaca. Lily sempat terkecoh, namun ia segera memalingkan wajahnya.

Jantung Lily bergejolak, melihat Damian seperti ini membuat dadanya terasa sesak.

"Kita putus aja."

Deg

Seketika dunia Damian seperti akan runtuh.

"Putus?" Lirih pria tampan itu dengan tatapan tajam.

"Kamu bawel banget, aku udah kasih apa yang kamu butuhkan tapi kamu masih meminta lebih, hubungan kita emang dari awal nggak pernah sehat, hubungan yang saling menguntungkan tapi sekarang... Aku bener-bener udah muak!" Setelah mengatakan hal itu, Lily pun segera pergi begitu saja meninggalkan Damian yang masih terdiam terpaku mencerna kata-kata yang bahkan tidak pernah ingin ia dengar seumur hidupnya.

***

Lily pulang ke rumah dengan kondisi menangis, disepanjang jalan ia menangis entah karena apa. Ia sebenarnya menyesal namun ia selalu menyangkal semua rasa sesal itu.

Putus dari Damian adalah jalan yang terbaik, pilihan terbaik sehingga ia sudah tidak perlu lagi memberikan perhatian pada pria Childish itu lagi. Ya dunianya sudah kembali normal sekarang seperti dulu lagi, tapi... Tapi kenapa ia malah merasa hampa seperti ini. Tidak mungkin!

Biarlah malam ini Lily pergi ke pesta dan melupakan semuanya. Ia akan menari sampai puas, sampai bayang-bayang Damian pergi dari hidupnya dan tak lagi mengganggu hari-harinya.

"Sayang kamu mau kemana dandan kayak gitu? Bukannya hari ini jadwal kamu lagi kosong ya?" Tanya mama Lily.

"Aku mau party ma." Balas Lily.

"Party? Sama siapa? Sama Damian?"

"Nggak ma, aku berangkat sama Dony."

"Dony? Kamu nggak salah? Kenapa nggak sama Damian aja sih? Dia kan pacar kamu."

"Ma... Mama kan udah tau hubungan aku sama dia kayak apa, lagian aku udah mutusin dia tadi."

"Apa? Putus?" Mama Lily tampak shock.

"Iya ma, udah aku berangkat dulu!"

"Tunggu Li! Mama belum selesai bicara!"

"Apa lagi sih ma?"

"Kenapa kalian sampai putus? Damian itu orang baik, dia pria baik-baik yang bisa jagain kamu sayang, kenapa kamu malah putusin dia? Damian kelihatannya sayang sama kamu."

"Aku yang nggak suka sama dia ma! Udah deh aku nggak mau bahas dia lagi. Aku pergi sekarang!" Lily pun segera pergi tanpa mempedulikan seruan mamanya lagi.

"Lily! Lily!"

***

Lily berangkat bersama Dony, pergi menuju hotel Seroja bersama asistennya itu. Sejak tadi pikirannya tidak tenang, nama dan wajah Damian terus berputar didalam kepalanya seperti kaset rusak.

"Suntuk banget muka Lo, ada masalah?" Tanya Dony.

"Justru karena lagi ada masalah, gue mau party sampai pagi."

"Lo yakin? Ini party bukan sekedar party lho."

"Iya gue yakin."

"Ada Samuel disana, orang yang paling Lo hindarin."

"Biarin aja, lagian gue udah putus sama Damian."

"Jangan gila Lo! Cowok sebaik dia kenapa kalian berdua bisa putus?"

"Lo nggak perlu tau, yang penting sekarang gue udah nggak sama dia lagi."

"Ckckck... Sayang banget, padahal gue suka sama dia. Kalian berdua cocok."

"Dalam mimpi Lo!"

***

Damian sendiri hanya bisa mengurung dirinya di kamar. Mengguyur tubuhnya bermandikan air shower yang tak hentinya mengalir bersama dengan airmatanya.

Damian yang merasa lemah, lemah karena hatinya yang teramat sakit akibat hubungannya bersama Lily yang harus kandas. Oh Tuhan, apakah mereka berdua saat ini benar-benar harus berpisah? Damian benar-benar belum bisa menerima ini semua, sakit sekali tapi... Ia harus bisa kembali seperti semula.

Keluar dari kamar Damian mendapatkan telepon dari Dony asisten Lily, malam sudah larut dan hal itu benar-benar membuatnya terkejut.

Damian pun lantas segera mengangkat telepon itu.

'Hallo!'

'Lo kesini sekarang deh, cewek Lo nih.'

Setelah mendengar perkataan Dony, Damian pun segera menutup teleponnya dan berganti pakaian guna segera pergi ke tempat dimana Lily menghadiri acara pesta tersebut.

Insting Damian sangat kuat, pasti sudah terjadi sesuatu terhadap Lily dan ia harus cepat-cepat pergi untuk menemuinya.





***





TBC





Vote n comment yang banyak yah.. makin seru dan konflik akan semakin pelik.

Lose ControlWhere stories live. Discover now